Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia itu Sahabat, Kekasih, dan Pasangan Hidupku

9 November 2019   08:00 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:53 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga dari halaman sendiri, dipetik sendiri, dirangkai sendiri. Photo by Ari

Inilah alasan lain mengapa Riri berkali-kali lupa membawa buku pesanan Gilang. Gilang baru memahami. Seharusnya dia tak menghakimi Riri apalagi sampai marah. Kini Gilang telah tahu, sahabatnya telah menjadi seorang Ibu dengan anak satu. 

"Jadi besok dan seterusnya saat sibuk, kau tidak bisa mengurus Sari?" Tanya Gilang setelah mendengar cerita Riri. Riri mengangguk sedih. "Iya, aku belum tahu. Kalau pekerjaanku sampai ke luar kota, dan seandainya harus menginap, aku cemas meninggalkan Ibu dan Sari berdua saja di rumah" jawab Riri resah. 

"Minggu depan aku sudah mulai berkurang pekerjaannya. Tidak terlalu sibuk. Kalau boleh, aku bisa menolongmu menjaga Ibumu dan Sari saat kau harus keluar kota dan sampai menginap." Kata Gilang. Riri terperanjat. Gilang melanjutkan "Tapi ada syaratnya" Riri menatap Gilang resah. "Kalau minta bayaran uang, aku tidak punya." Kata Riri langsung.

Gilang tertawa "Hai, aku tidak kurang uang. Aku tidak minta uang" kata Gilang lagi. "Lalu apa syaratnya?" Penasaran Riri dibuatnya. "Biarkan aku melihat koleksi bukumu dan meminjam semua buku yang ingin aku baca, deal?"

Bagi banyak orang mungkin biasa saja meminjamkan buku. Tapi tidak bagi Riri, tidak semua buku dia akan pinjamkan. Hanya buku-buku tertentu saja yang dia pinjamkan. Dan Gilang tahu itu. Setelah berpikir sejenak, "oke deal, tapi apa kau yakin bisa menolongku mengurus Sari pas aku tidak di rumah?"

Gilang dalam hati kecilnya tertawa, berasa sudah kayak ayah dan bunda saja sekarang. "Kan aku hanya ada di rumahmu saat kau menginap di luar kota saja. Tidak seharian di sini. Hanya setelah aku pulang kerja sampai malam kan" Kata Gilang yakin. "Jangan salah, aku udah pengalaman mengurus balita, keponakanku saja ada 5. Aku pernah juga bantu urus mereka. Lagian kan ada Ibumu. Aku hanya menjadi pengawas keamanan rumah saja kan? Bisa lah kalau cuma begitu." Gilang menjelaskan jobdisknya sendiri dengan detail. Riri hanya tersenyum. 

"Besok kukabari ya, aku tanyakan sama Ibuku apakah mau kau temani. Anyway, thanks ya for your care." Kata Riri. "Don't mention it" jawab Gilang singkat. Lalu pamit pulang karena hari telah mulai larut. 

Hari-hari berikutnya, Riri dan Gilang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Riri sudah mendapat ijin untuk tetap tinggal di kantor dan tidak ikut acara-acara di luar kota. Apalagi sampai menginap di luar kota. Ketua tim mengetahui kondisi Riri dan memakluminya. Meskipun ada syaratnya. Riri masih harus membantu segala persiapan tertulis dan mengirimkan via email pada ketua tim. Rasanya tak masalah buat Riri. 

Riri lupa memberi kabar pada Gilang dan Gilang juga sengaja tak bertanya. Baginya kalau Riri tak menghubunginya berarti Riri masih bisa mengatasi semua. Sampai suatu hari. 

"Gilang, besok aku diminta menggantikan teman yang mendadak sakit. Aku terpaksa ke luar kota juga. Bisakah kau menolongku?" Pesan singkat dari Riri langsung dipahaminya. Keesokan harinya di sore hari sepulang kerja, Gilang langsung menuju rumah Riri. Sekitar pukul 6 sore Gilang sudah  tiba di sana. Riri sudah menitipkan sebuah tulisan pada Ibunya. Hal-hal yang mungkin akan diperlukan Sari. Beneran berasa jadi seorang ayah. 

Sari awalnya merasa takut-takut sama Gilang. Namun karena Ibunya Riri bersikap baik pada Gilang, akhirnya Sari pun merasa nyaman. Hingga malam tiba waktunya Sari tidur, Gilang membacakan satu buku cerita sesuai permintaan Riri dalam daftar tulisannya. Riri tidur bersama Eyang Putri atau Ibunya Riri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun