Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mari Cintai Bumi

22 April 2019   21:03 Diperbarui: 22 April 2019   21:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Slamet. Photo by Bu Mardiyah

Meratap aku melihat ruang hijauku berkurang

Menangis aku melihat air tanahku tak bisa kuserap dan meluncur terus tak terhentikan

Muram aku melihat sahabat-sahabatku kehilangan tempat tinggal, gajah, harimau, singa, beruang, rusa, kelinci berlarian mencari tempat berteduh yang aman

Bergetar aku melihat kumpulan airku beradu dengan plastik sisa aneka kegiatanmu, menjadi sampah bertumpuk, berserakan mengapung di derasnya airku, menjerat kaki sahabat-sahabatku yang lainnya, penyu, paus, lumba-lumba, ubur-ubur laut dan lain-lain, kini mereka menderita tak bebas leluasa berenang lagi di airku

Bergejolak aku melihat kau terus ambil hasil tambangku, kau gali terus di sana-sini, kau lupakan keseimbanganku, kau buat mereka yang tinggal di sekelilingku merana, kadang terjebak dalam lubang-lubang tambangmu

Merajuk aku melihat langitku, yang terus kau penuhi dengan polusi, asap beracun, membuat sahabat-sahabatku sesak nafas, burung, kupu-kupu, lebah, satu persatu berjatuhan mati tak berdaya

Aku harus bagaimana untuk membuatmu sadar dan mencintaiku lagi, haruskah kuluapkan lahar api dari gunung-gunungku, atau kubiarkan hujan menggugah air sungaiku mengepungmu dan menenggelamkan tempat tinggalmu

Apakah kau mau aku menjadi seperti itu padamu? 

Ya, jika kau tak juga berubah, jika kau tak juga sadar, jika kau tak juga paham, aku tak kuasa lagi menahan luapan amarahku yang akan menghancurkanmu, menelanmu dan seluruh yang kau cintai, keluargamu, harta bendamu, semuanya

Tepat seperti yang kau lakukan pada hutanku, pada lautku, pada langitku, pada sahabat-sahabatku yang tinggal di sana

Cintailah aku, berdamailah denganku, sayangilah aku, agar kau dan aku hidup berdampingan secara damai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun