Dari Kyrgistan ke Kazakhstan, bukan sekedar catatanÂ
Urusan ke toilet memang sedikit menantang kalau kita melakukan road trip panjang di alam bebas. Apalagi buat saya yang pada dasarnya anak rumahan.
Saya ingat pada pada hari ketiga road trip, rombongan kami sempat dipaksa menepi karena konon katanya rombongan presiden Turkmenistan akan lewat.
Kesempatan itu digunakan oleh beberapa teman untuk memenuhi panggilan alam di sebuah toilet umum yang berdinding kayu.
"Baunya minta ampun."
"Toilet satu lubang."
"Tidak ada air."
"Kayaknya saya tidak bisa melupakan bau dan penampakan toilet tadi."
Begitulah kira-kira komentar dari teman- teman.  Raut wajah mereka  terpancar campuran rasa mual , jijik dan senyum kecut. Saya bersyukur masih belum ingin kencing sehingga terhindar dari pengalaman yang cukup traumatik itu.
Tapi dua hari kemudian, saya tidak bisa lari dari 'takdir' kalau saya akan berhadapan dengan toilet satu lubang itu.