Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Orang Tua Milenial dan Kesehatan Anak

26 Juli 2022   20:15 Diperbarui: 23 Oktober 2022   10:48 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hari ini saya bertugas di poli Manajemen Terpadu Balita Sakit atau MTBS Puskesmas. Berbagai pasien anak dengan berbagai macam diagnosis yang telah saya temui hari ini. 

Ada bayi berumur dua tahun yang matanya merah dan dari matanya pula keluar cairan kuning kehijauan tiga hari terakhir, ada anak berumur lima tahun yang dikeluhkan gatal pada sela-sela jari kaki dan tangannya terlebih di malam hari pada satu minggu terakhir, 

ada anak berumur tiga tahun yang dikeluhkan demam tinggi di hari pertama diikuti munculnya bintik-bintik merah pada telapak tangan dan telapak kakinya, hingga anak berumur tiga setengah tahun yang dikeluhkan BAB hingga sembilan kali dalam sehari.

"Sudah saya cek dok, turgor kulitnya sih masih bagus, ga dehidrasi ya dok?" pertanyaan beliau membuat saya terkejut dan membuat saya secara refleks bertanya kepada sang ibu apakah dia seorang tenaga kesehatan sehingga paham dengan bahasa medis lengkap dengan pemeriksaan dan ia menjawab bukan. 

"Tahu darimana bu istilah dan pemeriksaan terkait turgor?" Sambil menyampaikan kepada sang ibu bahwa dengan saya menanyakan hal tersebut bukan berarti saya marah. Saya mengatakan bahwa saya hanya tertarik dengan pengetahuan sang ibu yang sedemikian dan notabene bukan merupakan seorang tenaga kesehatan. 

"Dari youtube dok, saya mengetikkan pada kolom pencarian youtube bagaimana cara mengetahui anak dehidrasi, dikatakan di Youtube bahwa coba dicubit perut anak, saya coba cubit-cubit deh kulit perut anak saya dan saat itu dapat kembali segera dok si cubitannya. 

Katanya itu berarti turgornya baik dan berarti tidak dehidrasi." Tutur ibu secara runtut sambil melemparkan senyum sekaligus memperlihatkan sorot mata bahwa ia begitu penasaran apakah hal yang ia sudah cari melalui youtube sudah benar.

"Ini bu, saya coba periksa anak ibu ya, coba lihat apa yang akan saya lakukan." Lalu saya melanjutkan pemeriksaan kepala hingga kaki dan terutama berfokus pada pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi untuk mengklasifikasikan apakah anak tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi. 

"Wah iya dok saya juga mencubitnya seperti itu dan di bagian itu sambil mengamati apakah cubitan dapat segera hilang."

Setelah melakukan serangkaian anamnesis kepada sang ibu terkait keluhan anak dan melakukan pemeriksaan fisik dengan maksud untuk menyesuaikan temuan dengan anamnesis yang telah saya lontarkan, saya akhirnya mendiagnosis anak dengan diare cair akut tanpa dehidrasi, karena setelah diperiksa memang tak ada tanda-tanda dehidrasi. 

Saya lalu melanjutkan kepada sesi peresepan obat dan pemberian edukasi terkait proses penyakit, faktor risiko, pencegahan ke depannya, prognosis, dan tanda-tanda bahaya yang harus dicermati untuk memastikan ibu dapat waspada jika diare tak mempan dengan obat yang telah diberikan. 

"Pemeriksaan tanda dehidrasi itu tidak hanya mengacu pada turgor kulit saja bu sebenarnya, ada pemeriksaan lain yang juga harus dilakukan. Tadi mungkin ibu sudah melihat apa apa saja pemeriksaannya. Dan yang terpenting itu semua pada akhirnya memerlukan pertimbangan klinis seorang dokter untuk menentukan itu dehidrasi atau tidak."

Pada saat mengedukasi ibu pasien, saya menyampaikan betapa saya mengapresiasi seorang ibu yang berusaha mencari informasi terkait kesehatan/kedokteran melalui internet. Saya menjelaskan bahwa saya memahami rasa penasaran dan rasa ingin belajar seseorang untuk dirinya sendiri maupun orang yang ia berikan asuhan. 

Saat itu saya menyadari bahwa masyarakat semakin pintar dan kemajuan teknologi menjadi faktor yang paling berkontribusi di masa sekarang terkait literasi kesehatan seseorang mengingat kemajuan teknologi telah berhasil memudahkan proses pembelajaran. 

Cukup dengan mengetikkan kata kunci yang kita inginkan dan lalu menekankan tombol enter, kita langsung akan memperoleh ratusan ribu basis data yang tersimpan di dalam internet. Tak perlu lagi repot-repot pergi ke perpustakaan dan bertanya kepada sang penjaga perpustakaan buku apakah kiranya yang bisa menjawab sebuah rasa penasaran. 

Saat itu saya menjelaskan bahwa memang sangat diperbolehkan untuk siapapun tanpa kecuali mencari informasi terkait kesehatan melalui internet, namun alangkah baiknya setiap kali pencarian informasi kesehatan diiringi dengan konfirmasinya kepada ahli. 

Tepat seperti yang dilakukan oleh sang ibu saat itu. Saya menjelaskan bahwa saya sangat berterima kasih kepada sang ibu yang telah dengan sangat antusias mencari tahu apakah yang ia lakukan sudah benar mengingat tak seluruhnya yang ada di internet itu benar. 

Dan sekalipun sudah benar, tentu saja teori-teori di internet tidak bisa dipadankan dengan pertimbangan klinis seorang dokter yang telah mempelajari penyakit dengan berbagai pendekatan. Sang ibu lalu melempar senyum dan menghela nafas. 

Jaman memang sudah sangat jauh berbeda. Ibu-ibu tak sembarang ibu-ibu, tapi ibu-ibu dengan embel-embel milenial. Ponsel pintar yang terus berada di genggaman tangan telah membantu setiap kegiatan yang dilakukan oleh seorang ibu-ibu milenial. 

Dari menemukan resep olahan makanan untuk sarapan, berbelanja sepatu anak untuk tahun ajaran baru di toko-toko berbasis daring, hingga mencari tahu bagaimana caranya mengenali dehidrasi pada anak yang sedang diare. Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah mempermudah ibu-ibu generasi milenial untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan secara daring. 

Penulis berharap pencarian-pencarian informasi ini hendaknya disertai dengan kemampuan literasi digital yang baik untuk menjamin ketepatan dalam memilah informasi yang beredar. Konfirmasi kepada ahli dapat turut dijadikan sebagai salah satu solusi untuk menjamin kebenaran informasi yang didapatkan. 

Selain itu, dengan perkembangan literasi kesehatan melalui perkembangan teknologi yang tak terelakkan tentu semakin menuntut kita para tenaga kesehatan untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan demi mengimbangi masyarakat yang semakin hari semakin kritis dan berwawasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun