Bab 1: Rahasia di Balik Kerudung Hijau
Di tengah gurun Persia yang membentang luas, di bawah langit yang merah keemasan saat senja, berdirilah kerajaan kuno bernama Zamharir --- negeri para peramal dan penjaga bintang. Di balik menara kristal zamrud istana, seorang gadis bermata hijau berdiri menghadap angin timur.
Namanya Layla binti Nasir, namun rakyat menjulukinya: Putri Zamrud.
Bukan karena matanya semata, melainkan karena legenda yang menyelubunginya sejak bayi. Ia dikatakan lahir saat bintang Zamrud---yang hanya muncul sekali dalam seribu tahun---jatuh melintasi langit dan mengubah malam menjadi siang.
Ibunya wafat setelah melahirkannya, dan sang ayah, Sultan Nasir, menyembunyikannya dari dunia luar hingga ia genap berusia tujuh belas tahun.
Namun hari itu, segalanya berubah.
Suara langkah kaki terdengar cepat di lorong istana. Penasihat tua kerajaan, Syekh Barzakh, datang dengan wajah cemas dan gulungan ramalan di tangan.
"Yang Mulia Putri," katanya sambil menunduk, "Bintang Zamrud kembali tampak di langit timur. Itu pertanda bahwa waktu telah datang. Darahmu akan memanggil kekuatan kuno... atau kehancuran yang lama tertahan."
Layla menggenggam liontin warisan ibunya yang mulai bersinar hijau terang.
Suara di kepalanya berbisik:
"Kau bukan hanya putri Persia... kau adalah kunci antara dua dunia---cahaya dan bayangan."
Apakah kamu ingin aku lanjutkan dengan Bab 2? Kita bisa bawa Layla keluar dari istana, atau langsung hadapkan dia dengan bahaya pertamanya. Kamu juga bisa tentukan nuansa ceritanya: lebih mistis, petualangan, atau romansa.
Bab 2: Bayangan di Padang Pasir
Malam turun perlahan di langit Zamharir. Suara kecapi dari pelataran istana mulai memudar, digantikan bisikan angin yang membawa aroma pasir panas dan melati. Tapi di ruang tertinggi menara zamrud, Layla tak bisa tidur.
Liontin di lehernya masih bersinar, denyut cahayanya seperti detak jantung kedua. Setiap kali ia memejamkan mata, ia melihat kilasan-kilasan aneh: sebuah gerbang batu di tengah padang pasir, suara wanita menyanyi dalam bahasa yang tak ia kenal, dan mata seekor burung raksasa berwarna emas.
Ia membuka jendela. Di kejauhan, bukit pasir seperti ombak beku, dan di langit, bintang Zamrud kembali tampak---hijau dan sendirian.
Suara langkah mendekat. Ternyata Syekh Barzakh.
"Putri Layla, malam ini kau harus pergi."
Layla menatapnya. "Pergi? Ke mana?"
Syekh membuka gulungan tua, menunjuk pada simbol kuno: dua lingkaran yang saling bertautan, satu dari cahaya, satu dari bayangan.
"Ibumu bukan perempuan biasa. Ia berasal dari keturunan Ahl an-Nur --- kaum cahaya yang menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan dunia roh. Namun sebelum kau dilahirkan, kegelapan berhasil menerobos salah satu gerbang mereka. Kau... adalah warisan terakhir dari darah mereka."
Layla menggenggam liontin itu lebih erat.
"Lalu apa yang harus kulakukan?"
"Temukan Gerbang Narinjah --- gerbang yang hanya terbuka saat bintang Zamrud menyala. Di sana, warisan ibumu akan bangkit. Tapi hati-hati, bayangan juga mencarimu."
Dan seolah kata-kata itu adalah kutukan, tiba-tiba terdengar ledakan dari arah selatan istana. Api menjulang. Dari balik asap, siluet menunggang makhluk bersayap gelap melesat ke langit.
Musuh telah menemukan jejaknya.
Syekh Barzakh menarik tudung penutup wajah Layla dan memberinya kantong kecil berisi pasir emas, satu bilah pisau pendek berukir mantra, dan seekor burung kecil dari batu akik hijau.
"Ini adalah awalnya, Putri Zamrud. Dunia akan berubah... dan kau pusat dari perubahannya."
Dalam pelariannya, bertemu dengan sosok yang kelak akan menjadi cinta sejatinya---seorang penyihir misterius yang memegang rahasia masa lalunya.
~Bersambung~
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI