Apakah kamu ingin aku lanjutkan dengan Bab 2? Kita bisa bawa Layla keluar dari istana, atau langsung hadapkan dia dengan bahaya pertamanya. Kamu juga bisa tentukan nuansa ceritanya: lebih mistis, petualangan, atau romansa.
Bab 2: Bayangan di Padang Pasir
Malam turun perlahan di langit Zamharir. Suara kecapi dari pelataran istana mulai memudar, digantikan bisikan angin yang membawa aroma pasir panas dan melati. Tapi di ruang tertinggi menara zamrud, Layla tak bisa tidur.
Liontin di lehernya masih bersinar, denyut cahayanya seperti detak jantung kedua. Setiap kali ia memejamkan mata, ia melihat kilasan-kilasan aneh: sebuah gerbang batu di tengah padang pasir, suara wanita menyanyi dalam bahasa yang tak ia kenal, dan mata seekor burung raksasa berwarna emas.
Ia membuka jendela. Di kejauhan, bukit pasir seperti ombak beku, dan di langit, bintang Zamrud kembali tampak---hijau dan sendirian.
Suara langkah mendekat. Ternyata Syekh Barzakh.
"Putri Layla, malam ini kau harus pergi."
Layla menatapnya. "Pergi? Ke mana?"
Syekh membuka gulungan tua, menunjuk pada simbol kuno: dua lingkaran yang saling bertautan, satu dari cahaya, satu dari bayangan.
"Ibumu bukan perempuan biasa. Ia berasal dari keturunan Ahl an-Nur --- kaum cahaya yang menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan dunia roh. Namun sebelum kau dilahirkan, kegelapan berhasil menerobos salah satu gerbang mereka. Kau... adalah warisan terakhir dari darah mereka."
Layla menggenggam liontin itu lebih erat.
"Lalu apa yang harus kulakukan?"