Permintaan onderdil yang demikian besar, membuat jumlah pedagang semakin banyak dan memenuhi pinggiran Jl. Kyai Tamin, Irian Jaya, Sartono S.H, dan Halmahera.
Kira-kira sepanjang satu setengah kilometer. Wilayah pinggiran jalan ini bisa disebut pasar loak liar karena memakan bahu jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas yang sangat padat pada jam kerja.
Bahkan di Jl. Halmahera sepanjang 300 meter berada di pinggiran rel kereta api yang masih aktif dilewati 6-8 kali sehari kereta tangki pengangkut BBM dari depo Pertamina menuju Stasiun Kota Lama.
Pertengahan 90an, wilayah Jl. Sartono S.H ditertibkan dan dibongkar bersih. Pada akhir 90an atau tepatnya saat krisis ekonomi 97-98 kembali marak pedagang liar dan pemerintah daerah membiarkan karena menjaga pertumbuhan ekonomi sektor nonformal dari kalangan akar rumput yang tangguh menghadapi krisis ekonomi.
Setelah geliat ekonomi kembali normal, awal tahun 2000an pasar loak di sepanjang Jl. Sartono S.H yang dijual berubah drastis. Jika pada masa sebelumnya yang dijual barang-barang bekas kini banyak barang baru.
Mulai dari perlengkapan tukang, dapur, memasak, kamar mandi, listrik, pakaian baru out of date, cincin dan batu akik, kacamata, sepatu dan sandal, helm, radio dan televisi, suku cadang mesin cuci, tukang pijat tradisonal, dan pengobatan alternatif.
Tentang mutu barang mulai dari asli, hingga KW5. Perlu jeli dan teliti. Soal harga harus pandai-pandai menawar.
Pasar loak di wilayah Jl. Irian Jaya masih banyak yang berjualan suku cadang sepeda motor. Ada juga yang berjualan barang-barang model lawas termasuk uang kertas dan koin. Soal kuno atau antik perlu kejelian melihatnya.