Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Keranda Bergoyang

8 Januari 2024   14:30 Diperbarui: 8 Januari 2024   19:24 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keranda sudah dipindah. | Dokumen pribadi 

Pada akhir 70an di Desa Karang Jepun ada keluarga baru pindahan dari desa tetangga.

Seluruh anggota keluarganya sangat pendiam dan jarang bergaul termasuk kepala keluarganya. Pun demikian bila ada kegiatan sosial seperti gotongroyong membersihkan jalan desa dan melayat keluarga berdukacita tidak pernah nongol. 

Anehnya jika diundang kenduri selalu hadir dan langsung pulang setelah menerima nasi berkat. Tanpa pamit atau mengucap terimakasih pada tuan rumah yang mengundang.

Karena sikap seperti ini, banyak warga desa yang beranggapan keluarga ini sombong.

Tampaknya masyarakat Karang Jepun belum paham bahwa keluarga baru termasuk introfert.

Sekitar setahun menetap di desa tersebut, salah satu keluarganya meninggal diiringi hujan tangis anggota keluarga yang lain.

Seperti keguyuban masyarakat desa, para tetangga langsung membantu segala persiapan untuk pemakaman. Kaum wanita ada yang menyiapkan minuman untuk para pelayat.

Anehnya, keluarga yang berduka hanya menjadi penonton selain saat memandikan jenazah.

Di sinilah para tetangga dan warga desa yang melayat menjadi jengkel. Kasak-kusuk pun terjadi.

Kala jenazah akan dibawa menuju pemakaman, salah satu pengurus dukuh meminta empat anggota keluarga untuk menggotong keranda.

Di sinilah awal peristiwa memprihatinkan terjadi. Selama perjalanan menuju pemakaman tidak ada seorang pelayat pun yang menggantikan para penggotong keranda.

Jarak menuju pemakaman memang hanya sekitar satu kilometer saja. Tetapi menggotong keranda kayu dengan pikulan terbuat dari bambu utuh sungguh berat dan menyiksa bahu.

Begitu sampai di dekat liang makam peristiwa tragis pun terjadi. Empat anggota keluarga yang terpaksa menjadi penggotong tampaknya kelelahan. Maka ketika akan menurunkan keranda  tangan sudah kelelahan sehingga tidak bisa bersama-sama. Keranda oleng. Tutup keranda jatuh diiringi meluncurnya jenazah ke dalam liang. Saat terjadi semua pelayat hanya terdiam. Dunia seperti berhenti dalam sedetik.

Saat pemakaman, warga desa masih membantu dengan menguruk makam hingga selesai. Keluarga berduka, terutama yang pria dibiarkan istirahat.

Peristiwa memilukan kembali terjadi. Selesai ritual pemakaman, para pelayat langsung pulang meninggalkan keranda dan perlengkapan penggalian kubur.

Dari jauh sebagian para pelayat dan penggali kubur yang sedang istirahat dan minum di sebuah warung melihat empat anggota keluarga yang berduka menggotong keranda berisi perlengkapan penggalian.

Sepanjang perjalanan menuju tempat penyimpanan keranda sedikit bergoyang karena tinggi badan penggotong tidak sama. Selain itu keranda berbunyi tek.. tek.. tek.. tek.. yang berasal dari suara cangkul yang bergoyang di dalam keranda.

Sejak peristiwa itu beredar isu keranda bergoyang dengan bunyi tek.. tek.. tek...

Karena keranda tersebut ditempatkan di pinggir sungai yang digunakan masyarakat desa untuk mandi dan cuci maka banyak warga yang takut.

Aparat desa pun memutuskan memindah tempat penyimpanan keranda ke pinggir kuburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun