Jogjakarta memang bukan hanya Malioboro. Tetapi Malioboro yang merupakan bagian ujung utara dari jalur keramat mulai dari Panggung Krapyak, Alun-alun Kidul termasuk Taman Sari, Keraton Ngayogyakarta, Alun-alun Lor, Malioboro, hingga Tugu Jogjakarta tentu menjadi daya tarik sendiri.
Jika diperhatikan sepenuhnya, Malioboro sebenarnya tak beda jauh dengan pusat pertokoan tradisional yang dipermodern demi daya tarik wisata seperti di kota-kota besar lainnya.
Keberadaannya di antara daerah keramat dan kesejarahan masa kerajaan dan kolonial hingga perjuangan kemerdekaan terutama Serangan Umum 1949 inilah yang membuat Malioboro menjadi daya tarik.
Merenung, karya Dunadi.
Lokalitas di Antara Globalitas.
Seniman dan perupa pun memanfaatkan Malioboro untuk mengekspresikan alam pikiran dan segala kegundahan diri melihat perubahan kehidupan masyarakat tradisional Jawa khususnya Jogja yang terus bergerak ke arah kehidupan kini di mana kultur Jawa mulai tergeser secara pelan tapi pasti.
Opera Sugriwa - Subali
Pada akhir Agustus 2022 hingga saat ini beberapa perupa memamerkan empat karya kolobrasi mereka. Seperti yang tercantum pada foto-foto di sini.
Penulis tidak memberi keterangan, biarlah para perupa sendiri yang menjelaskan lewat tulisan yang penulis tampilkan dalam foto di bawahnya.
Umar Maya - Umar Hadi, karya Santo.
Selain pameran perupa di atas, pada Senin, 12 September 2022 mulai jam 19.00 di depan Pasar Beringharjo diadakan Festival Keroncong yang menampilkan beberapa musisi beken di antaranya Tompi.Â