Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Horor di KA Penataran Malang-Surabaya

24 Januari 2020   14:08 Diperbarui: 24 Januari 2020   14:14 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duduk di atas sambungan gerbong. Dokpri

"Ngalah Mbah...," sahut seorang bapak sambil tersenyum yang tadi duduk melantai bersebelahan.

"Mbak pindah sebelah sini...," tawarku pada seorang gadis yang duduk melantai tepat di sambungan gerbong. Dia cuma menggelem dan tersenyum.

"Bahaya Mbak kalau kereta mengerem nanti bisa nggeblak dan terjepit."

"Justru berbahaya untuk Mbah kalau berdiri di sini. Kalau capai lalu terpeleset bagaimana? Bahaya kan?" ledek gadis tadi disambut tawa mereka yang duduk melantai dan berdiri di situ.

"Biasa Pak, hampir tiap hari seperti ini," sahut pemuda yang duduk melantai di bawahku. Ternyata mereka sering bepergian ke Surabaya untuk bekerja di sebuah komplek pertokoan di Wonokromo yang tak jauh dari stasiun.

Satu jam perjalanan yang melelahkan, kereta api tiba di stasiun kecil. Kembali saya berharap akan ada penumpang turun. Tapi begitu menengok dari kaca jendela pintu justru sebaliknya yang terjadi. Penumpang yang turun tak lebih dari lima orang, malah yang naik lebih dari tiga puluh orang. Mereka rombongan siswa-siswi, guru, dan orangtua TK yang akan ke Kebun Binatang Surabaya. Tampak para guru dan orangtua dengan sabar, hati-hati, dan sedikit kuatir membantu anak-anaknya naik ke gerbong. Dari tempat saya berdiri tampak gerbong ke dua semakin berjubel. Terdengar beberapa anak tampak merengek-rengek minta duduk.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Sering pindah tempat untuk menghilangkan jenuh dan capai. Dokpri
Sering pindah tempat untuk menghilangkan jenuh dan capai. Dokpri

Ketika kereta akan berangkat, seorang pria menggedor-gedor pintu dari luar untuk minta segera dibukakan. Rupanya dia terlambat atau tak dapat masuk dari pintu lain karena penuh. Berhubung di lorong tempat kami berdiri dan duduk juga penuh maka mustahil pintu dapat dibuka. Maka sekalipun dia berteriak-teriak yang tak terdengar suaranya selain mulutnya yang terbuka lebar dengan wajah tegang serta menggedor-gedor kami tak bisa berbuat apa-apa. Kereta pun mulai berjalan kembali...

Jam sepuluh lebih kereta sudah sampai di Stasiun Wonokromo, saya pun turun. Hampir tiga jam berdiri selama perjalanan rupanya tanpa kusadari keseimbangan tubuh menjadi berkurang. Begitu turun keluar dari pintu kereta api tanpa tangga saya nggliyeng dan hampir jatuh jika tidak segera dipegang lengan saya oleh gadis yang tadi duduk melantai di dekat sambungan gerbong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun