Waktu sepertinya sudah menunjukan pukul 21.00 Waktu Indonesia Timur (WIT), meski demikian di Jl. Busoiri, Gamalama, Kota Ternate, Maluku Utara, masih terlihat ramai. Sepeda motor dan mobil kerap melintas. Keramaian terjaga hingga menjelang larut malam sebab di tempat itu ada dua lorong di mana puluhan lapak menjajakan aksesoris yang terbuat dari besi putih. Pada malam hari, di lapak-lapak memancar lampu neon sehingga kawasan Pusat Penjualan dan Kerajinan Besi Putih itu terlihat terang. Untuk pergi ke Ternate, kita bisa memesan tiket pesawat terbang lewat www.tiket.com/tiket.com
Hadirnya pusat kerajinan dan penjualan beragam aksesoris seperti kalung, gelang, dan cincin di Kota Ternate sejak tahun 1990-an itu seolah menjadi ikon tersendiri bagi daerah kepualauan itu. "Yang merintis tempat ini orang Morotai," ungkap seorang pedagang. Bagi masyarakat di sana, tempat yang juga dikenal sebagai Lorong Besi Putih itu suatu hal yang sudah biasa namun bagi orang luar yang datang ke Ternate, entah dalam rangka tugas kantor atau hendak melancong, tempat itu merupakan suatu hal yang menarik untuk dikunjungi.
Papan Nama Pusat Penjualan dan Kerajinan Besi Putih
Ya menarik dikunjungi sebab tempat itu merupakan salah satu tempat tujuan
wisata selain Keraton Kesultanan Ternate, Pantai Jikalamo, Gunung Gamalama, Danau Tolire, kuliner ikan bakar, dan tempat lainnya.
Salah satu lorong besi putih
Dikatakan oleh salah seorang pedagang, di lorong itu ada sekitar 50 lapak, ada yang menyebut 54 lapak. Di lapak yang seluasnya tak lebih dari 1 meter itu terjaja aneka macam aksesoris. Aksesoris-aksesoris itu disebut berasal dari Pulau Morotai, sebuah pulau besar di Maluku Utara bagian utara. "Asli Morotai," ujarnya. "Barangnya dari Morotai," tambahnya. Masyarakat di sanalah yang membuat kerajinan itu.
aneka aksesoris besi putih
Bahannya? Katanya diambil dari bekas alutsista, alat-alat perang Sekutu atau Jepang, yang rontok dalam Perang Pasific atau Perang Dunia II yang medan laganya di Pulau Morotai. "Peninggalan Perang Dunia II," kata pedagang itu. Materi bahan aksesoris itu menurut pedagang itu adalah dari logam
titanum. Sebab terbuat dari
titanium maka aksesoris itu makin lama makin bersinar. Daya tahannya? "Bisa seumur hidup," ungkap salah seorang pedagang. Jadi besi putih itu hanya sebutan saja. Besih putih sebab aksesoris yang tercetak mayoritas berwarna putih.
aneka aksesoris besi putih
Sebagai tempat yang bisa dikatakan menjadi ikon Kota Ternate,
Lorong Besi Putih, buka mulai pukul 07.00 WIT hingga 22.00 WIT. Dalam sehari dikatakan puluhan orang yang lalu lalang di tempat itu, entah hendak membeli atau sekadar melihat-lihat. Pengunjung selain orang setempat, juga orang dari seluruh pelosok Indonesia bahkan mancanegara. Harga dipasang pada aksesoris itu menurut salah seorang pedagang kisaran antara Rp35.000 hingga Rp200.000, ada pula yang mengatakan kisaran Rp20.000 hingga Rp150.000. Harga sebesar itu bagi pembeli terutama pendatang dari luar tak masalah sebab aksesoris itu merupakan oleh-oleh khas Ternate.
Aneka aksesoris besi putih
Sebagai tempat yang ikonik, tak heran
Lorong Besi Putih itu sering diliput oleh media massa. Disebut Trans TV, Metro TV, dan TV One pernah menayangkan aktivitas tempat itu. Sebab menjadi daya tarik wisata maka Pemerintah Kota Ternate hendak merenovasi lorong tersebut. Tujuannya agar kondisi pasar aksesoris itu lebih menarik dan tertata. "Agar lebih bagus," kata seorang pedagang. Selama ini, di lorong itu, para pedagang mengakui ditarik biaya restribusi sebesar Rp2000 sehari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya