Ketika mendengar kata e-sport, masih banyak orang tua yang langsung mengernyitkan dahi. Dalam benak mereka, dunia gim hanya berisi anak-anak malas yang duduk berjam-jam di depan layar sambil teriak-teriak. Tak sedikit pula yang menganggap e-sport sebagai penghambat prestasi akademik, penyebab kecanduan, hingga pemicu konflik dalam keluarga.
Namun, apakah e-sport benar-benar sebegitu buruknya?
Jika kita melihat lebih dekat, ternyata dunia e-sport tak sesempit stigma yang selama ini melekat padanya. Bahkan, dalam beberapa aspek, e-sport justru membuka peluang baru bagi anak muda, baik dari sisi keterampilan, prestasi, hingga karier masa depan. Artikel ini akan membahas mengapa e-sport tidak selalu negatif, dan mengapa sudah saatnya kita melihatnya dengan kacamata yang lebih objektif.
Apa Itu E-Sport?
E-sport atau electronic sport adalah bentuk kompetisi yang menggunakan video game sebagai media. Bukan sembarang bermain gim, e-sport melibatkan latihan terjadwal, strategi tim, pelatih profesional, hingga turnamen resmi bertaraf internasional.
Game yang masuk kategori e-sport pun bukan gim sembarangan. Contoh populernya antara lain:
Mobile Legends
PUBG Mobile
DOTA 2
Valorant
Free Fire
Turnamen besar seperti The International (DOTA 2) bahkan menawarkan hadiah hingga jutaan dolar. Indonesia sendiri memiliki tim e-sport profesional seperti EVOS, RRQ, dan ONIC yang mengharumkan nama bangsa di kancah global.
Data dan Fakta: E-Sport di Indonesia
Menurut Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), sektor gim dan e-sport menyumbang lebih dari 13% dari total kontribusi ekonomi kreatif nasional pada tahun 2022.
Survei Newzoo 2023 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu pasar game terbesar di Asia Tenggara, dengan lebih dari 118 juta gamer aktif.
Pada SEA Games 2023 di Kamboja, e-sport sudah menjadi cabang olahraga resmi yang menyumbang medali bagi Indonesia.
Ini membuktikan bahwa e-sport bukan sekadar hiburan, melainkan sudah menjadi industri besar dengan potensi ekonomi dan prestasi yang nyata.
Manfaat Tersembunyi dari E-Sport
Meski sering dipandang sebelah mata, e-sport bisa melatih berbagai keterampilan penting:
1. Kecerdasan Taktis dan Strategis
E-sport bukan cuma soal refleks cepat, tapi juga kemampuan berpikir strategis, analisis situasi, dan pengambilan keputusan dalam tekanan. Ini bisa melatih critical thinking yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata.
2. Kerja Sama Tim dan Komunikasi
Dalam permainan seperti Mobile Legends atau Valorant, koordinasi tim sangat penting. Pemain harus tahu kapan menyerang, bertahan, dan berkomunikasi secara efektif---persis seperti tim olahraga konvensional.
3. Manajemen Waktu dan Disiplin
Pemain profesional e-sport menjalani jadwal latihan yang ketat, bisa mencapai 6--8 jam sehari. Mereka belajar mengatur waktu antara latihan, istirahat, dan aktivitas lainnya. Ini tidak jauh berbeda dengan atlet cabang olahraga lainnya.
4. Peluang Karier Baru
Tak semua orang harus jadi atlet e-sport. Dunia ini membuka jalan ke berbagai profesi seperti:
Shoutcaster (komentator gim)
Game developer
Pelatih e-sport
Streamer profesional
Manajer tim atau event organizer
Tapi Bukankah E-Sport Bisa Bikin Kecanduan?
Benar, semua yang berlebihan itu tidak sehat---termasuk e-sport.
Namun, penting dibedakan antara bermain game untuk hiburan tanpa batas dan berlatih e-sport secara profesional. Yang pertama bisa menyebabkan kecanduan dan prestasi turun, tetapi yang kedua justru melatih disiplin dan mental kompetitif.
Solusinya? Pendampingan orang tua dan pengaturan waktu yang sehat.
Psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, mengatakan bahwa orang tua seharusnya tidak langsung melarang game, tetapi mengajak anak membuat kesepakatan waktu bermain, serta mengarahkan anak untuk memilih game yang tepat dan edukatif.
Perspektif Pendidikan: E-Sport dalam Kurikulum?
Di beberapa negara seperti Korea Selatan dan Tiongkok, e-sport sudah masuk sebagai bagian dari kurikulum kejuruan. Mereka memandang e-sport sebagai bagian dari industri digital yang perlu dikembangkan.
Di Indonesia, sejumlah SMK seperti SMK Negeri 1 Cimahi dan SMK Telkom Malang telah membuka jurusan E-Sport dan Animasi Game untuk mengakomodasi minat siswa sekaligus menjawab kebutuhan industri.
E-Sport dan Prestasi Bangsa
Kita tidak bisa menutup mata bahwa anak-anak muda Indonesia mulai mengharumkan nama bangsa lewat e-sport:
EVOS Legends menjuarai M1 World Championship Mobile Legends tahun 2019.
RRQ Hoshi menempati posisi runner-up pada MPL Invitational.
Tim e-sport Indonesia menyumbang 4 medali emas di SEA Games 2023.
Anak-anak ini bukan hanya bermain, tapi juga berlatih keras, berkompetisi dengan sportif, dan berkontribusi dalam ekonomi kreatif digital.
Penutup: Saatnya Berpikir Ulang
E-sport memang bukan untuk semua orang. Tapi bukan berarti ia layak dibuang begitu saja dari dunia pendidikan dan pengasuhan. Seperti halnya olahraga fisik, e-sport bisa menjadi jalan pembentukan karakter, keterampilan, dan karier---asal dikelola dengan bijak.
Jadi, alih-alih berkata, "Kamu main game terus, nggak ada gunanya!", bagaimana jika kita ubah jadi:
"Kalau kamu suka game, yuk kita cari tahu potensi dan atur waktunya baik-baik."
Karena di era digital ini, yang dibutuhkan bukan larangan, tapi bimbingan dan pemahaman.
#SalamLiterasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI