Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berikan Feedback Tanpa Perlu Membully Siswa!

1 Mei 2025   22:00 Diperbarui: 3 Mei 2025   09:39 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi mengajar-Gino Hadi-Medcom.id)

Pendidikan adalah pondasi utama berdirinya suatu bangsa. Tanpa pendidikan suatu negara tak akan bisa mapan dan sukses di masa depan. JIka anda ingin melihat sukses atau gagalnya suatu negara, maka lihatlah pendidikan di sana. Sebuah pledoi yang tak main-main maknanya. Beberapa negara maju bahkan sudah membuktikan kesaktian peldoi tersebut. Dimulai dari Jepang yang berhasil membangun kisah sukses negaranya melalui aspek pendidikan usai Hiroshima dan Nagasaki porak poranda dibom sekutu. Ada satu kisah heroik yang terjadi di Jepang pasca Hiroshima dan Nagasaki dibom, yakni kala Kaisar Hirohito berhasil menjadikan beberapa orang guru yang selamat untuk dijadikan generasi pertama yang diharuskan menghidupkan pendidikan di Jepang guna sukses setelah beberapa tahun kemudian. 

Setelah itu ada Amerika Serikat yang terkenal akan kisah suksesnya sejak ratusan tahun silam dengan banyak menghadirkan para ilmuan terkenal serta filsuf-filsuf yang teori serta pandangannya banyak dipakai oleh banyak negara di dunia dalam dunia pendidikan. Tak hanya itu Amerika Serikat juga telah membukukan sejarah sebagai negara yang berhasil menyumbang banyak ilmuan peraih Nobel dunia yakni sebanyak 360 ilmuan asal Amerika yang berhasil meraih penghargaan tersebut.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Walau hingga saat ini aspek pendidikan kita masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya yang ada di benua asia. Kita tentu masih memiliki semangat dan daya optimisme tinggi dalam hal memperbaiki dan terus berupaya menghadirkan banyak inovasi dalam dunia pendidikan. 

Ada banyak aspek yang bisa dikembangkan dalam dunia pendidikan kita terutama di ruang-ruang kelas pada saat proses belajar terjadi. Misalnya menghadirkan banyak inovasi dalam penyediaan media ajar, menyediakan banyak metode seru pada saat pembelajaran di kelas, hingga mengubah paradigma mengajar agar menjadi lebih baik di masa depan. 

Sebagai seorang guru tentu kita sudah banyak belajar tentang beragam teori yang mengatur tentang cara guru dalam mengajar di kelas. Bagaimana kita diatur untuk dapat meramu materi dengan konsep yang menyesuaikan anak, mengatur gaya bicara dalam kelas, menyesuaikan kebutuhan anak, hingga bagaimana memberikan feedback atau umpan balik yang baik kepada anak agar memotivasi belajar mereka di setiap harinya. 

Feedback atau dalam artian yakni umpan balik merupakan informasi yang diberikan kepada peserta didik tentang kinerja seseorang dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan dan prestasi mereka. 

Windarsih (2016) menyatakan bahwa umpan balik merupakan cara guru dalam upaya membantu siswa memahami pembelajaran dengan menanggapi atau merespon hasil belajar, sehingga mereka dapat menguasai materi. 

Suke (1991) juga menyatakan hal yang intinya pemberian feedback harus dilandasi beberapa instrumen yakni hasil tes atau alat ukut yang ditujukan kepada peserta didik untuk memperbaiki pencapaian hasil belajar. 

Pemberian feedback sendiri dapat dilakukan dengan mengadopsi beberapa pra syarat yakni aspek pengidentifikasian, aspek pengarahan, motivasi, dan peningkatan yang perlu diperhatikan terhadap hasil yang diperoleh dari peserta didik apakah mencapai perubahan-perubahan tertentu. 

Feedback yang baik tanpa perlu Membully

(Ilustrasi pemberian feedback/Tzuchi.co.id)
(Ilustrasi pemberian feedback/Tzuchi.co.id)

Sering kita jumpai beberapa pendidik atau guru kerap salah kaprah dalam memaknai feedback atau umpan balik yang diberikan kepada siswa. Sering kali kita menemukan ada beberapa kasus dimana seorang guru yang harusnya menyediakan feedback positif kepada murid justru malah memberikan respon umpan balik yang negatif dan justru tak diharapkan oleh si murid. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun