Mohon tunggu...
Dr Akhmad Aflaha SE MM
Dr Akhmad Aflaha SE MM Mohon Tunggu... Dosen

Akademisi, penulis, dan praktisi pendidikan yang dikenal melalui karya-karyanya di bidang pengembangan karakter, manajemen strategik, dan pemberdayaan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Kurang Ajar yang Tersistem: Dari Pisang, Nasi, hingga Amanah yang Hilang

11 September 2025   06:00 Diperbarui: 11 September 2025   06:09 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir, berseliweran foto menu makan yang diklaim bagian dari sebuah program bantuan. Menu itu sederhana sekali: nasi sejumput, sepotong pisang, sepotong kue, dua butir telur puyuh, dan sebungkus susu kotak. Jika ditotal, harganya disebut sekitar Rp8.000.

Sekilas, angka itu terlihat pas. Namun, ada sesuatu yang menggelitik. Benarkah sekadar “pas”? Ataukah ada yang tidak pernah benar-benar masuk hitungan: rasa kenyang, rasa amanah, rasa adil?

Bukan Soal 8 Ribu

Kalau urusan hitungan rupiah, mungkin banyak yang akan berkata: “Ah, itu sudah sesuai standar. Tidak ada yang salah.” Tapi publik justru bertanya:

Apakah menu sesederhana itu layak disebut program pemenuhan gizi?

Apakah penyedia merasa sudah menjalankan amanah hanya karena sesuai angka di kertas?

Apakah kita sedang mengajarkan anak-anak untuk terbiasa menerima “sekedarnya”?

Delapan ribu itu kecil, tetapi implikasi moralnya besar.

Kurang Ajar yang Dibiasakan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat praktik yang bisa disebut “kurang ajar”—bukan dalam arti kasar, tapi dalam makna pengkhianatan amanah. Lucunya, praktik itu tidak lagi tampak sebagai kesalahan individu. Ia berubah menjadi kebiasaan, bahkan sistem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun