Kita juga punya budaya permisif: "asal urusan beres, tak masalah bayar lebih." Uang pelicin, sogokan kecil, atau jasa perantara dianggap lumrah. Kita lupa bahwa kebiasaan kecil yang salah akan menjadi kerusakan besar yang permanen.
Dan ya, ini semua... bikin endas gembor.
Politik: Arena Multitafsir yang Paling Licin
Dalam dunia politik, korupsi bukan lagi sekadar pelanggaran hukum. Ia adalah alat, senjata, bahkan komoditas. Yang hari ini diserang karena korupsi, besok bisa jadi koalisi. Yang sekarang vokal anti korupsi, bulan depan malah bagi-bagi jatah proyek.
Kita jadi lelah menyaksikan sandiwara ini. Rakyat kecil hanya bisa gigit jari, karena hukum terasa tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Koruptor miliaran bisa senyum di kamera, sementara pencuri sandal dipukuli massa.
Lama-lama masyarakat jadi apatis. Lalu keluar kalimat-kalimat satir seperti:
 "Semua juga korup, cuma belum ketahuan."
"Yang penting pintar membungkus."
"Asal rakyat dikasih bansos, semua beres."
Padahal, dari sinilah awal kejatuhan integritas bangsa. Ketika korupsi jadi budaya, maka rusaklah masa depan.
Korupsi Merusak dari Akar Sampai Ujung Daun