Mohon tunggu...
Dr Akhmad Aflaha SE MM
Dr Akhmad Aflaha SE MM Mohon Tunggu... Dosen

Akademisi, penulis, dan praktisi pendidikan yang dikenal melalui karya-karyanya di bidang pengembangan karakter, manajemen strategik, dan pemberdayaan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Korupsi Itu Kalau Tertangkap: Ketika Hukum Dianggap Soal Keberuntungan

17 Juli 2025   07:25 Diperbarui: 18 Juli 2025   07:30 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Dr. Akhmad Aflaha

 "Korupsi itu bukan kejahatan besar. Kecuali kalau kamu tertangkap."

— Kalimat sinis yang terdengar akrab di ruang publik kita.

Kalimat ini menggambarkan kondisi budaya hukum yang sedang sakit. Korupsi tidak lagi dimaknai sebagai pengkhianatan moral, melainkan sekadar “risiko operasional”—asal tidak tertangkap, maka tetap dianggap bersih. Bahkan, dalam banyak kasus, pelaku korupsi tetap dielu-elukan sepanjang belum dijatuhi vonis.

Budaya "Asal Aman": Menggerus Moral Kolektif

Di Indonesia, tingkat toleransi terhadap korupsi masih tinggi. Dalam survei Transparency International tahun 2023, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia berada di angka 34 dari 100, dan menduduki peringkat ke-115 dari 180 negara.

(Sumber: Transparency International, CPI 2023)

Survei LSI (Lembaga Survei Indonesia, 2022) juga mengungkapkan bahwa 58,3% masyarakat percaya kasus korupsi sering tidak ditindak secara adil karena adanya pengaruh politik atau uang.

Ini mengindikasikan dua hal:

1. Korupsi bukan hanya soal pelaku, tapi juga sistem yang membiarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun