Mohon tunggu...
Abah Iqbal
Abah Iqbal Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, tepat tatkala mentari berkalang rembulan. Bergelar Abah bukan karena ahli agama atau orang alim, melainkan menjadi doa agar segera berkeluarga. Pakai Peci karena atribut nasional. Berkalung sorban bukan karena perempuan, melainkan takut masuk angin. Hanya seorang sontoloyo (mencari kewarasan dalam kesintingan). Menulis dalam rangka menenangkan "the beast" di dalam "suksma", "menggugah", sekaligus mengingatkan diri sendiri. Terkadang butuh dihina agar dapat selalu ingat dan waspada untuk merendahkan hati kepada sesama dan merendahkan diri kepada Yang Maha..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orasi Kaum Terpinggirkan dan Gerakan 2 Kali 1

28 Oktober 2009   08:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:30 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saudara-saudara.. 17.508 pulau membentang dari Sabang sampai Merauke 240 juta penduduk tersebar di 6.000 pulau 2 benua mengapit, 2 lautan mendampit 3 lempeng bumi bertumbukan Tanah yang subur, kekayaan alam yang meruah, alam yang indah Bangsa kita, bangsa yang BESAR! Cukong-cukong kita kaya raya, hingga uangnya pun harus disimpan di luar negeri Pejabat-pejabat kita berkantong tebal, bahkan punya apartemen di negeri singa Istri-istri mereka yang bersasak, kerap memborong belanjaan di toko-toko mahal manca negara Noni-noni berpupur tebal, anak-anak atau perempuan simpanan pun istri kesekian mereka habiskan jutaan tiap bulannya di Mall, belanja pupur tuk licinkan pipi mereka Budak-budak besar para meneer berambut pirang hampir tiap malam membuang berlembar-lembar uang ratusan ribu untuk menenggak air kata-kata, berajojing, lalu tertawa-tawa menggila Bukankah bangsa kita, bangsa yang BESAR? Namun, mengapa di persimpangan lampu merah ini Bocah-bocah cilik berjalan gontai menengadahkan tangan mencari sesuap nasi di antara kepulan debu dan asap motor Sementara cukong dan pejabat berjidat licin bermobil mewah yang dipinta yang punya uang berjibun, bahkan apartemen di negeri singa hanya merengut, melirik nista, lalu mengusir hina Hati nurani mereka dimana? Lalu, mengapa di emperan toko seberang sana Nenek renta ini tertidur beralas kardus, meringkuk kedinginan berbaju tambal sulam berbau bacin, kelaparan Sementara ibu-ibu bersasak dan noni-noni berpupur tebal itu, hanya menoleh jijik memandangnya seolah tahi kambing, yang kotori jalan mereka melenggang Pun ada yang hampiri, hanya keluarkan sekeping logam 500an dari tas Versace-nya Hati nurani mereka dimana? Dan, mengapa buruh-buruh harian di pabrik milik para cukong dan meneer berambut pirang peras keringat demi kumpulkan ratusan ribu rupiah untuk cukupi makan sebulan Manakala memohon tambahan 1 lembar ratusan ribu per bulan hanya tuk sedekar bisa sekolahkan anak-anaknya Para cukong dan meneer-meneer berambut pirang malah berang Budak-budak besar mereka petantang-petenteng, ancam pecat dengan garangnya Hati nurani mereka dimana? Saudara-saudara.. Bangsa kita bukan bangsa yang BESAR, kecuali bagi segelintir rakyatnya Bangsa kita bangsa yang BESAR hanya bagi cukong-cukong berjidat licin, pejabat-pejabat berkantong tebal, ibu-ibu bersasak, noni-noni berpupur tebal dan budak-budak besar meneer berambut pirang Mereka BESAR dari cucuran keringat kita, dari penderitaan yang menjadi keseharian kita Saudara-saudara.. Bangsa kita tidak menjadi BESAR, akibat nafsu duniawi segelintir manusianya Karena TRIAS KOLUSIKA antara para cukong, pejabat dan meneer berambut pirang, untuk mempertebal pundi-pundi uang mereka dan menambah koleksi noni-noni berpupur tebal, dibantu budak-budak besar mereka, yang petantang-petenteng merajai gedung-gedung tinggi Pendapatan per kapita kita hanya 3.900 Dolar Amerika per tahun (PPP) Hanya di urutan 157 dari 229 negara di dunia Masih lebih kaya rakyat Libanon hampir 3 kali lipat Padahal mereka tidak memiliki tanah yang subur, kekayaan alam meruah dan alam yang indah seperti kita, dan pertempuran-pertempuran saudara menjadi keseharian mereka Saudara-saudara.. Saya mengerti, betapa ingin kalian merobek dada dan mencabik keluar jantung mereka, untuk melihat apakah warnanya masih merah membara atau sudah hitam membesi Namun, saudara-saudara, revolusi berdarah bukan lagi masanya Inilah masanya kita menghimbau atas nama Tuhan dan kuburan mereka Kami tidak mengerti apa itu Neolib dan apa itu Ekonomi Kerakyatan Kami tidak mau pusing dengan jargon-jargon yang berseliweran Kami hanya menghimbau agar: Para cukong, jangan bawa uang kami keluar negeri, gunakan kembali untuk besarkan bangsa ini, itu hasil cucuran keringat dan darah kami yang kalian larikan kesana Para pejabat, jangan pertebal lagi kantong kalian, bangunlah negara ini hanya demi kepentingan kami, karena kalianlah yang telah kami beri kepercayaan untuk melaksanakannya Para meneer berambut pirang, berdaganglah dengan adil, jangan imbas-imbas pejabat kami dengan fulus, sehingga kami harus terkena aturan kerja rodi seperti jaman kolonial dulu Para ibu bersasak, berhentilah belanja di luar negeri, di pasar klewer banyak baju bagus berciri khas Indonesia, bila saja kalian mampu hilangkan watak monyet, yang suka meniru-niru bangsa lain Para noni-noni berpupur tebal, kurangi belanja pupur kalian, karena kalian akan terlihat lebih cantik bila hati kalian cerah karena banyak membantu yang susah Para budak-budak besar meneer asing, hilangkan sifat anjing geladak asing seperti jaman penjajahan dahulu, berbuatlah untuk lebih sejahterakan buruh-buruh kalian, dan kurangi tawa-tawa menggila malam hari Mari wujudkan agar bocah-bocah cilik di jalanan, bisa hidup layak Mari wujudkan agar nenek renta berbaju tambal sulam bau bacin kelaparan, bisa hidup layak Mari wujudkan agar buruh-buruh harian yang membanting tulang tiap hari, bisa hidup layak Mari wujudkan agar seluruh Rakyat Indonesia, bisa hidup layak Yaitu, makan bergizi 3 kali sehari, mengenyam pendidikan yang cukup, mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, mempunyai pekerjaan untuk aktualisasikan diri, dan kebebasan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Itulah ciri bangsa yang BESAR bagi kami. Dan kami yakin itu bisa kita wujudkan, bila kalian mau bahu membahu bersama kami. Turun dari ketinggian kalian, menjejak dalam kenyataan kami Berhenti tersenyum, berdebat dan mengumpak diri, melainkan mulai mengulurkan tangan Karena sungguh, Indonesia adalah negara yang BESAR Sebagai pengingat himbauan kami bagi kalian, mulai hari ini, kami KAUM TERPINGGIRKAN, berikrar untuk melakukan GERAKAN 2 KALI 1. Di setiap tanah kosong dekat rumah kalian, akan kami gali kuburan seluas 2 kali 1 meter sedalam 2 meter. Kuburan ini akan menjadi pengingat bagi kalian, bila kelak ajal menjemput, hanya selembar kain kafan dan beberapa utas tali pocong yang menemani bangkai kalian di dalam kubur. Kuburan ini akan menjadi pengingat, doa apa yang kalian ingin dengar dari kami, saat jasad kalian mulai tenggelam teruruk tanah kuburan. Kami KAUM TERPINGGIRKAN adalah rakyat kebanyakan. Vox Populis Vox Dei. Suara kami adalah suara Tuhan. Kuburan ini akan selalu menjadi pengingat, apa yang akan Tuhan kalian perbuat, saat kalian di alam kubur sana.. By: M. Iqbal 1:08 WIB 10 Agustus 2009 Lebak Bulus

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun