Mohon tunggu...
Arbeti Susilaningrum
Arbeti Susilaningrum Mohon Tunggu... Guru - Guru SMK Negeri 1 Ampelgading

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilema Pembejaran Online di Tengah Wabah Covid-19

22 Maret 2020   08:56 Diperbarui: 22 Maret 2020   09:08 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jaman nya dulu kita sekolah tidak seperti itu, anak sekolah betul-betul belajar, tugas-tugas banyak tapi ya tidak mengeluh. Jamannya saya dulu sekolah SMA sorenya masih Les sendiri ikut bimbel di luar bayar sendiri. Anak SMK, dikasih jam tambahan, jam ke 0 ngeluh padahal tidak membayar, dikasih tugas ngeluh, guru misalnya ngomong sedikit keras (padahal karena mungkin siswanya yang salah), pasti gurunya dilaporkan ke  komnas HAM). 

Anak didisiplinkan dianggapnya kita melakukan kekerasan. Memarahi anak tidak boleh, "menangani' anak tidak boleh. Di suruh belajar di rumah (itu pun karena menghambat penyebaran COVID 19), guru di suruh atasan memberikan tugas pada anak, anak-anak pada mengeluh. KPAI sebut guru buat siswa stres. 

Dengan adanya pembelajaran online, emang guru juga tidak stres dikiranya guru memberikan tugas-tugas tidak mengoreksi, hampir tiap detik hp saya berbunyi, notifikasi tanda di hp bahwa ada pesan dari google classroom,  yang anak bertanya macem-macem.  Saya mengajar kelas X (3 kls), kelas XI (3 kelas)  total 6 kelas x 36 = 216 siswa, bayangkan.  Pekerjaan rumah bahkan sampai terbengkalai.  Di tambah di rumah saya juga harus menjadi guru bagi anak-anakku. 

Anak saya yang duduk di kelas 3SD, dan di kelas 8 SMP yang juga mendapat tugas-tugas dari gurunya. Dampak corona saya menjadi guru online bagi siswa-siswa saya di sekolah sekaligua jadi guru ofline bagi anak-anak saya di rumah. Hampir tiap malam nglembur mengoreksi jawaban dari siswa-siswa saya yang datangnya silih berganti. 

Masih mending ngajar biasa kan,  misalnya 5 jam ya  sudah selesai tidak ada anak yang tanya-tanya lagi. Mungkin ada orang yang berfikiran, ngapain repot-repot mengoreksi tugas anak, tapi tidak demikian bagi saya, saya koreksi satu per satu pekerjaan anak. Sudah jadi kewajiban saya dan tanggungjawab saya untuk menghargai perkerjaan mereka dong, karena saya sudah memberikan tugas pada mereka konsekuenai nya ya mengoreksi tugas-tugas mereka. Menghargai anak yang disiplin dan tidak disiplin itu kan juga pembelajaran yang tidak ternilI

Hal yang seperti ini dikatakan guru yang membuat anak stres? Seakan-akan gutru kok selalu salah di mata semua orang?
Terus guru harus bagaimana coba? Bi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun