Mohon tunggu...
Very Important Person
Very Important Person Mohon Tunggu... Pilot - Saya akan mengungkap segala sesuatu tentang

I am not perfect, but I am limited edition

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Himbauan Untuk Semua Elemen Masyarakat, Informasi Untuk Penegak Hukum

9 September 2017   22:25 Diperbarui: 9 November 2017   11:20 11565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

- "saya sudah anggap kamu saudara sendiri"

- "saya sudah anggap sampean kakak saya sendiri"

- "saya sudah anggap sampean orang tua saya sendiri"

Dari semua keterangan korban bisa ditarik kesimpulan modus utamanya adalah 8 poin diatas, secara spesifik berbeda-beda antara korban yang satu dengan korban yang lain. Apa yang tertulis disini adalah modus operandi yang sama yang dilakukan pada calon korbannya (saat mencari korban) dan setelah menjadi korban.

Mobilnya selalu berganti-ganti. Indikasi hasil penggelapan
Mobilnya selalu berganti-ganti. Indikasi hasil penggelapan
10. Untuk memberi kesan lebih menakutkan dan bahwa dirinya adalah seorang jagoan, dia kerap bercerita dengan berapi-api, dengan suara lantang bahwa dia tidak takut dengan polisi dan TNI, dia berkata bahwa anggota polisi dan TNI mudah dia kalahkan (tidak masuk akal untuk seorang residivis) bahkan kalau ada anggota polisi atau TNI yang berani menantangnya, dia akan habisi mereka. Selain itu dia juga memberi pernyataan bahwa semua preman di kawasan kebraon ada dibawah kendalinya, termasuk yang bernama Jefry Ambon, tidak ada satu orang premanpun yang berani dengannya, kalau ada yang berani maka dia akan habisi nyawa preman itu. Tapi kami yakin itu hanya kelakar agar terlihat gagah-berani saja, kalau bertemu dengan polisi, anggota tni, maupun preman-preman di kawasan kebraon, mungkin dia akan ciut nyalinya.

Fakta dan Indikasi

Memanfaatkan tetangganya sendiri TG, yang masih duduk di bangku SMP, untuk melancarkan aksinya dengan cara memaksa anak tersebut untuk menimpali dan mengiyakan setiap perkataan bohongnya kepada calon korban/korbannya. Hingga semua korban menyangka bahwa TG adalah kaki tangan Hendra Marizal dan terlibat dalam semua aksi kejahatannya semasa tinggal di Griya Kebraon Utara Blok AF, Surabaya.

Didalam rumah dia menyimpan mandau, celurit, t-shirt turn back crime warna biru gelap (keluaran pertama POLRI), sepatu dinas TNI/POLRI, juga celana dinas harian polisi, joran pancing warna pink, hanya itu saja yang bisa dilihat dengan jelas salah satu korban saat diundang kerumahnya. Pada calon korban dia selalu mengaku lulusan S1 jurusan hukum (setelah artikel ini release, mungkin dia akan mengaku lulusan dari jurusan lain,  bahkan mungkin akan  mengaku lulusan S2) padahal hanya lulusan SMA. Istrinya lulusan SMK  perawat.

Mengaku banyak kenal dengan pejabat TNI/POLRI/BIN, salah satunya Kapolsek Karangpilang, saat dia menyatakan hal itu bulan April 2016 pasti kapolseknya masih Bp. Eko Widodo. Untuk meyakinkan korbannya, dia biasanya menelpon seseorang (yang bisa dipastikan berakting) sebagai kapolsek/kapolres/danramil, dsb. Selain mencatut nama kapolsek Karangpilang - Surabaya, dia juga membawa-bawa nama Sulton (entah benar ada atau cuma fiktif) anggota satreskrim polsek Karangpilang (sesuai dengan perkataannya), bahkan ketika chat via BBM dengan korbannya, entah kenapa tiba-tiba dia mengirim foto seorang jenderal TNI-bintang tiga, bernama Dedi (foto terlampir), padahal percakapan dalam BBM tersebut tidak membicarakan perkara yang berbau militer sama sekali, semua ini agar korban yakin bahwa dia bukan orang sembarangan. Bahkan semua photo profile dalam Line messenger yang digunakannya menggunakan foto/atau gambar yang bertema polisi atau militer.

hendra7-59b625aa08d319334d736bf2.jpg
hendra7-59b625aa08d319334d736bf2.jpg
Mengirim foto Jenderal bintang tiga yang tidak ada hubungannya dengan percakapan.
Mengirim foto Jenderal bintang tiga yang tidak ada hubungannya dengan percakapan.
Terindikasi dia tidak bekerja seorang diri, melainkan berkomplot. Diperkirakan komplotannya masih beraksi di daerah Kebraon - Surabaya dan sekitarnya. Terindikasi bahwa salah satu anggota  komplotannya adalah seorang perempuan, terdengar jelas saat dia menggunakan speaker hp ketika berbicara dengan temannya yang berperan sebagai kapolsek, budenya, dsb. Ketika dia menelpon dua orang dalam waktu yang berbeda, suara laki-laki yang mengaku sebagai kapolsek Karangpilang (Eko Widodo), dan pada waktu yang lain dia menelepon seorang perempuan yang di klaim sebagai budenya (bisa jadi ini adalah korban juga). Hal tersebut juga salah satu cara untuk meyakinkan korbannya. Uang hasil penipuan juga dimanfaatkan untuk pesta miras bersama komplotannya, baik di rumah Hendra sendiri maupun di rumah salah seorang komplotannya yang berada di Kebraon  Manis, sesuai dengan kicauannya.

Kadang dia juga menggunakan atribut instansi tertentu
Kadang dia juga menggunakan atribut instansi tertentu
Selalu memakai atribut TNI/Polri dalam kesehariannya, misalnya topi, jaket, sepatu, stiker TNI di plat nomor kendaraannya, dsb. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun