Namun berkat teman-teman saya ini, berkat para ibu luar biasa ini, setidaknya saya tak lagi menganggap anak berkebutuhan khusus sebagai momok menakutkan yang segitunya harus dihindari apalagi (amit amit) sampai dibuang.Â
Saya tidak bisa menakar masa depan. Mungkin jika betulan dikasih anak berkebutuhan khusus ya tidak menjamin juga sih saya bakal segitu kuat dan siapnya. Pasti bakal down juga sih. Kayaknya.
 Tapi setidaknya, di titik sekarang ini saya benar-benar mampu berpikir "Aku tidak mengharapkan itu terjadi, namun jika memang Tuhan mengizinkan aku punya anak demikian, maka jawabannya cuma satu: Hidupku terlalu membosankan. Tuhan ingin saya punya sesuatu yang berbeda dan istimewa untuk kurawat dan kukasihi sedemikian rupa."
***
Jika ada para orangtua, khususnya ibu yang tidak sengaja membaca tulisan ini, saya secara khusus ingin berterima kasih. Terima kasih telah menjadi ibu yang luar biasa kuat dan tegar untuk anak-anakmu.Â
Saya tahu, pada prosesnya tentu tak semudah itu. Ada banyak frustrasi juga air mata tentunya. Belum lagi kalau sudah harus menghadapi penghakiman dari orang-orang terdekat atau nyinyiran mereka yang tak tahu apa-apa. (Peluk emak).
Khusus untuk para ibu luar biasa yang berada di circle pertemanan saya, terima kasih juga untuk tidak bosan berbagi dan mengedukasi. Orang awam seperti saya jadi banyak sekali belajar dan mulai berpikir serius untuk ambil langkah preventif.
Meski ada kondisi-kondisi yang mungkin memang merupakan takdir Tuhan dan tak berhak diotak-atik manusia, beberapa kondisi lain rupanya masih sangat mungkin dihindari atau bahkan diantisipasi.
Termasuk dengan program perencanaan kehamilan yang matang dan pemeriksaan kesehatan ini itu sebelum mantap memutuskan having baby. Ah, ya, kesepakatan dan peran kesiapan pasangan juga sangat penting lho.Â
Dan untuk pembaca yang kebetulan tidak diberi kepercayaan Tuhan untuk punya anak istimewa tersebut, yuk belajar untuk lebih ramah kepada para ibu ini. Kurang-kurangilah nyinyir plus julid. Apalagi sampai ngata-ngatain plus menyalahkan.Â
Percayalah, para ibu ini untuk menerima kenyataan saja pasti butuh proses yang tidak mudah. Apalagi menjalaninya tahun demi tahun. Jadi please, nggak usahlah nambahin beban mereka dengan ngomong yang nggak-nggak.Â