Mohon tunggu...
Aqil Aziz
Aqil Aziz Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan buah

Mencintai dunia literasi. Penullis di blog : https://aqilnotes.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyerah

23 Mei 2018   04:05 Diperbarui: 23 Mei 2018   04:09 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://wartawirausaha.com/2015/10/seorang-wirausahawan-sejati-tidak-mudah-menyerah/

Badannya tinggi besar. Jalannya tegap. Ototnya kekar. Kelihatan sekali apabila memakai kaos.  Rambutnya gondrong. Tampangnya sangar. Tapi sayang, kurang satu. Belum ada jodoh.

Entah karena takdir atau nasib. Segala usaha pendekatan dengan wanita selalu gagal. Cinta pertamanya adalah Susi. Ia yang membuat hatinya, tertutup. Gelap dan terkunci. Tak mau membuka untuk wanita siapapun. Sakit itu masih ada. Luka. Terbuka menganga, jika mengingatnya. Kini dia masih sendiri. Tak apa jomblo. Daripada hidup dengan wanita matre, pikirnya.

Beberapa tahun berjalan, hidupnya tidak berubah.  Melihat temannya sudah ada boncengan. Teman seangkatan, sudah menikah semua. Dia sampai dijuluki juara bertahan. Bertahan jomblo, tentunya. Dan yang terakhir, ketika menerima undangan pernikahan si Joni. Dia betul-betul sendiri, sakit. Disisi lain harus mengucapkan selamat, di sisi lain, ini mempertegas status kejombloannya  di masyarakat sekitar. Si Joni adalah teman runtang-runtung. Teman akrab, ngobrol dan ngopi.

Hatinya semakin sakit, ketika mendapatkan undangan. Lebih sakit lagi, apabila ia sengaja disapa oleh teman lainnya yang baru saja menikah, sambil boncengan bersama istrinya, yang dari arah jauh sudah membunyikan klakson. Seakan-akan mengejek. Pamer. "Asem!" keluh Bram.

Bram. Memang begini. Apa adanya. Tak ada yang disembunyikan. Dia begitu yakin. Meski jomblo. Sebenarnya masih menyisakan harapan. Ada wanita yang mau mengerti dan memahami tentang cara berpikirnya. Bukan wanita matre dan manja. Wanita itu harus bisa diajak susah, mandiri dan nrimo. Sehingga tak perlu merubah tampilannya saat ini. 

"Aku ingin dia mencintaiku apa adanya seperti ini, melihat karakter dan kondisiku seperti ini, tak ada yang ditutupi. Semua asli. Tanpa polesan."

"Mana mungkin, ada wanita seperti itu?" bantah Si Jon yang barusan menikah.

"Pasti ada."

"Terus kapan? Di mana? Anaknya siapa? Orang mana?"

"Saya tidak tahu."

"Kok tidak tahu? Terus sampai kapan kamu menunggu. Cinta itu dicari bukan datang sendiiri. Cinta itu usaha, bukan menyerah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun