Mohon tunggu...
Aprina Enzel Sihotang
Aprina Enzel Sihotang Mohon Tunggu... Mahasiswa

Tumpahkan rasa dalam bait, agar dunia menikmatinya dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ruang Kelas Bernama Rindu ( Bagian 8 : Jejak Langkah yang Menguatkan )

26 Juli 2025   18:53 Diperbarui: 26 Juli 2025   18:53 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Jejak Langkah yang Menguatkan 

Karya : Aprina Enzel Sihotang 

Waktu terus berjalan. Satu tahun telah berlalu sejak Bima pergi. Nayla kini duduk di kelas XII, tahun penentu yang menentukan arah masa depan. Namun tak seperti dulu, ia kini tak takut lagi. Ia menghadapi tantangan dengan keberanian, tekad, dan rasa percaya diri yang tumbuh dari proses panjang.

Selama setahun terakhir, Nayla tumbuh menjadi sosok yang dikagumi di sekolah. Ia menjadi ketua tim belajar, aktif dalam kegiatan sosial, bahkan menjadi kandidat ketua OSIS. Semua itu bukan karena ia ingin tampil, tetapi karena ia ingin menjadi berguna---seperti Bima yang pernah menjadi cahaya kecil dalam hidupnya.

Suatu hari, saat pulang sekolah, Nayla berhenti sejenak di taman belakang sekolah. Tempat itu masih sama: bangku kayu tua, pohon flamboyan yang gugur tiap sore, dan udara senja yang hangat. Ia duduk diam, lalu mengeluarkan buku catatan lamanya, tempat ia menyimpan semua kenangan.

Ia menulis sesuatu di sana:

"Setahun yang lalu aku duduk di sini, takut menghadapi ujian, merasa bodoh, dan ingin menyerah. Tapi ada seseorang yang percaya padaku lebih dari aku percaya pada diriku sendiri. Dan hari ini, aku ingin jadi seperti dia---yang menyalakan harapan orang lain."

Beberapa hari kemudian, sekolah mengadakan acara "Motivasi Sukses UN dan Masa Depan" yang mengundang alumni dan siswa berprestasi. Saat nama Nayla dipanggil sebagai pembicara terakhir, ia melangkah ke panggung dengan langkah tenang dan senyum yang hangat.

"Dulu, aku bukan siapa-siapa," katanya membuka. "Aku hanya siswa yang merasa kalah sebelum berjuang. Tapi seseorang pernah bilang bahwa belajar itu bukan untuk orang pintar saja, tapi untuk mereka yang mau mencoba terus, meski sering gagal. Dan kata-kata itu... mengubah segalanya."

Seluruh ruangan hening. Beberapa siswa mulai mengusap mata, termasuk beberapa guru. Nayla melanjutkan dengan penuh semangat. Ia tidak bercerita tentang cinta remaja yang menggebu, tetapi tentang bagaimana kasih dan perhatian yang tulus bisa membangkitkan seseorang dari titik terendahnya.

Di akhir acara, seorang guru menghampirinya dan berkata, "Nayla, kamu bukan hanya pintar sekarang, tapi kamu sudah jadi pemimpin. Seseorang yang bisa membuat orang lain percaya pada dirinya sendiri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun