Sejarah Kesehatan Masyarakat, menurut Budi Santoso dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menunjukkan upaya kolektif manusia dalam menghadapi penyakit, lingkungan dan masalah sosial sejak zaman kuno hingga zaman modern. Catatan medis tertulis seperti Papirus Ebers menunjukkan praktik karantin sederhana dan pemahaman awal tentang penyakit menular pada zaman Mesir dan Babilonia. Hippokrates, seorang tokoh Yunani Kuno, menekankan bahwa pengamatan klinis dan pengamatan lingkungan sangat penting untuk kesehatan seseorang. Untuk mencegah wabah, orang Romawi kemudia mengadopsi gagasan ini dan membangun saluran air bersih, juga dilkenal sebagai aqueduct dan system pembuangan limbah.
Stagnasi dalam pengendalian penyakit terjadi pada Abad Pertengahan karena kemunduran ilmu pengetahuan dan dominasi diktrin religious. Jutaan orang mati di Eropa karena wabah Pes Black Death pada abad ke-14, yang memicu isolasi kota dan karantina kapal di pelabuhan Italia. Meskipun upaya ini bersifat reaktif, langkah ini merupakan cikal bakal kebijakan kesehatan masyarakat terencana.
Tokoh-tokoh seperti John Snow muncul sebagai hasil dari revolusi ilmiah abad ke-17 dan ke-19 yang membuktikan bahwa air dapat digunakan untuk menyebarkan penyakit selama wabah kolera di London tahun 1854. Investigasi epidemiologis Snow menunnjukkan pentingnya surveilans penyakit dalam epidemiologi kontemporer. Masa ini juga ditandai dengan munculnya vaksinasi. Pada tahu 1796, Edward Jenner mengembangkan dan mempraktikkan vaksin cacar sapi yang berhasil.
Robert Koch menemukan bakteri yang menyebabkan tuberculosis pada tahun 1882 berkat kemajuan teknologi laboratorium seperti mikroskop dan kultur jaringan. Prinsip hygiene berasal dari temuan ini mendasari teori Louis Pasteur tentang kuman. Imunisasi sanitasi, dan promosi kesehatan adalah bagian besar dari kampanye pencegahan massal.
Abad ke-20 melihat kebijakan kesehatan menjadi lebih kuat di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) didirikan pada tahun 1948, memulai era kerjasama internasional untuk memerangi penyakit menular, penerapan standar kesehatan lingkungan, da peningkatan akses layanan. Kampanye eradiksi penyakit seperti cacar berhasil membebaskan dunia dari penyakit tersebut pada 1980. Kemajuan ini juga diikuti oleh perhatian pada faktor deterinan sosial, seperti kemiskinan, Pendidikan, dan kesetaraan gender.
Pada millennium baru, konsep One Health dan Health in All Policies menegaskan keterkaitan kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem. Wabah SARS, Flu burung, hingga pandemic COVID-19 menunjukkan perlunya kesiapsiagaan, respons berbasis bukti, dan system kesehatan yang Tangguh. Kebijakan vaksinasi massal pelacakan kontak digital, dan peningkatan kapasitas laboratorium menjadi hal krusial.
Kesimpulannya, sejarah kesehatan masyarakat berkembang dari pengamatan sederhana di peradaban kuno hingga system kebijakan global di era modern. Setiap tahap menghadirkan inovasi (dar karantina kuno, vaksinasi, teori kuman, hingga kebijakan kesehatan lintas sector) yang membentuk dasar praktik kesehtan masyarakat saat ini. Pemahaman sejarah ini penting untuk mengantisipas tantangan kesehatan masa depan dan memperkuat sinergi antara ilmu, kebijakan, serta masyarakat.Â
KATA KUNCI: Kesehatan Masyarakat, Perkembangan, Sejarah, Wabah
DAFTAR PUSTAKA
Blevins, S.E. and Bronze, M.S., 2010. Robert Koch and the ‘Golden Age’ of Bacteriology. International Journal of Infectious Diseases, 14(9),pp.e744-e751
Rosen, G., 1993. A History of Public Health. Baltimore: John Hopkins University Press.