3. Hosu
Dari Hosu, aku belajar bahwa ada orang-orang yang memilih diam bukan karena mereka nggak punya apa-apa untuk dikatakan, tapi karena mereka nggak mau membebani orang lain dengan luka mereka. Hosu tumbuh dengan rasa bersalah dan kesepian yang dia pendam sendiri. Dia tahu ibu angkatnya sangat menyayanginya, dan justru karena itu, dia nggak mau menunjukkan sisi dirinya yang rapuh. Dia ingin terlihat kuat, mandiri, dan bisa diandalkan—walaupun sebenarnya di dalam dirinya, ada luka lama yang belum selesai.
Dari Hosu, aku sadar bahwa kadang orang yang kelihatan paling tenang dan dewasa justru yang paling keras sama dirinya sendiri. Dia takut terlihat “lemah” karena merasa akan membebani orang yang dia sayang. Padahal justru, membuka sedikit ruang buat jujur itu bisa jadi bentuk kepercayaan paling tulus dalam hubungan.
4. Sejin
Dari Han Sejin, aku belajar kalo hidup memang gak melulu selalu di atas itu juga bukan berarti suatu kegagalan. Sejin dulunya orang sukses di dunia keuangan, tapi setelah semua yang dia lalui, dia memilih jalan yang lebih sederhana dengan jadi petani stroberi. Dari luar mungkin terlihat “turun kasta”, tapi justru dari dia aku belajar bahwa bahagia itu bukan soal pencapaian yang tinggi, tapi tentang bisa berdamai dengan diri sendiri.
Sejin nggak lari dari masa lalunya, tapi juga nggak maksa dirinya terus tinggal di sana. Dari Sejin, aku ngerti bahwa kadang, keberanian itu bukan soal berjuang keras, tapi justru tentang memilih diam dan membangun ulang hidup kita dari awal—meskipun pelan-pelan. Dengan dia menceritakan pengalamannya ke Mirae juga bikin aku belajar kalau berbagi luka itu kadang bisa membuat orang lain merasa terbantu. Dia ngajarin aku bahwa memulai lagi itu bukan kegagalan, tapi bentuk lain dari keberanian.
5. Ok Hui
Rasa bersalah seorang ibu yang tidak bisa membedakan anak kembarnya. Dia menyayangi kedua anak kembarnya, tapi dirinya tetap merasa gagal—karena dia tidak bisa benar-benar membedakan mereka. Rasa bersalah itu tumbuh diam-diam, apalagi saat ia menyadari bahwa salah satu anaknya, Miji, sering merasa “tidak terlihat". Di sisi lain, Ok Hui yang sejak dulu sibuk bekerja demi menghidupi keluarga—setelah suaminya meninggal—merasa kehilangan banyak momen bersama anak-anaknya.
Ok Hui sendiri dari dulu juga nggak pernah ngerasain yang namanya disayang sama ibunya—neneknya Miji dan Mirae. Dulu dia sempat kesal, ngerasa ibunya nggak peduli, nggak pernah nampak sayang. Yang padahal semua itu cuma salah paham. Mereka nggak pernah benar-benar ngobrol. Pas akhirnya bisa ngobrol beneran, baru deh dia ngerti kalau ibunya juga punya luka sendiri, dan cara dia nunjukin sayangnya tuh beda.