Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dukun [Bagian Satu]

11 Juli 2020   16:57 Diperbarui: 12 Juli 2020   16:25 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau terasa berat dan ngilu di semua persendianku, tapi kucoba sambut uluran tangannya dengan tangan kanan ku. Dan sebelum Aku kembali meminum air di dalam gelas itu seperti biasa, tiba-tiba saja kedua mataku seperti menangkap satu sosok bayangan di luar jendela tak bertirai di depanku. Sosok itu sepertinya pernah begitu dekat denganku, tapi saat ini Aku lupa siapa dirinya, sebab jangankan untuk mengingat siapa sosok yang tengah tersenyum sambil menatapku, dengan diriku sendiri saja Aku bahkan sudah tidak tau.

Aku terdiam, tapi kenapa sosok yang baru saja melintas di luar Jendela itu seperti begitu dekat denganku? Aah! Sosok itu seperti kembali mengingatkanku, tentang kerinduanku  pada seseorang dan juga impian tentang masa depan. Kenapa sosok itu kembali mengingatkanku tentang keinginanku untuk bisa hidup bersama seseorang di suatu waktu?

Ya Tuhan.. Apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan diriku? 

Siapa Aku?  Kenapa Aku bisa berada di tempat ini? 

Kenapa Aku tidak bisa mengingat semuanya?

Kenapa sosok yang baru saja muncul di depanku itu seperti kembali menyadarkanku? 

Siapa sebenarnya Wanita yang selalu memijit kepala dan selalu memberikan segelas minuman buatku?

Aku tersentak! Dan tiba-tiba saja Gelas berisi minuman yang telah berada di dalam genggamanku ini terlepas jatuh bersamaan dengan terjatuhnya tubuhku dari atas Kursi santai yang terbuat dari kayu.

******

Aku tersadar di antara  kerumunan beberapa orang, semuanya masih terlihat begitu samar, tapi Aku yakin bahwa ini adalah pembaringan di dalam Kamar tidurku. Aku berusaha untuk menggerakan kedua kaki-ku, tapi semuanya terasa begitu nyeri. Aku terbaring lemas dan tak berdaya di atas tempat tidurku sendiri.

"Itu apa?" tanyaku sedikit ragu saat hendak menerima Gelas berisi minuman dari seseorang di sebelah tempat tidurku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun