Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dia dan Aku Adalah Engkau dan Aku di Dunia

16 Agustus 2019   08:06 Diperbarui: 16 Agustus 2019   08:24 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi deskgram.net

Kita lukis kehidupan  bagaikan membuat secangkir kopi susu bersama, menurutmu penyatuan rasa yang utama di dalam perjalanan hidup kita.

Bersamamu, menyeduh kopi susu  bagaikan melebur masa lalu dan masa kini menjadi satu. Bila masa lalu hitam dan masa kini  putih maka masa depan  perpaduan dari dua warna.

Bersamamu aku belajar melihat polah manusia dengan rasa, dengan rasa aku melihat sandiwara, dimana setan bertopengkan malaikat begitupun sebaliknya.

Engkau bangunkan tidur panjangku, mencubit rasaku ketika  terlena, bersamamu belajar menutup mata dari gemerlap dunia!

Aah dunia!

Bersamanya kutahu pintu neraka   terlihat bagaikan surga. Mengenali nafsu berbalut cinta.

Jalan sunyi kulalui bersamanya, mencari aku di dalam diri, pertemuan dengannya tatkala dia masuki ruang hati yang terlihat kosong di matanya.

"Siapa aku?"

"Mengapa aku?"

"Siapa engkau?"

"Siapa dia?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun