Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Terakhir

3 Agustus 2019   19:54 Diperbarui: 3 Agustus 2019   23:33 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Untukmu Lelaki yang selalu menganggapku  sebagai istrimu.

Entah dari mana aku harus mulai menuliskan semua ini.

Tak terasa pernikahan kita sudah berjalan hampir 20 tahun lamanya, namun waktu yang terasa begitu lama kurasakan itu tak juga mampu menumbuhkan rasa cintaku  padamu.

Jujur saja selama menjalani pernikahan ini aku berusaha untuk belajar mencintaimu, kucoba isi hatiku dengan namamu. Tapi setelah dua puluh tahun berlalu aku sadar ternyata aku gagal untuk mencintaimu.

Dan seperti pertanyaanmu yang  tidak pernah bisa aku jawab itu, untuk yang terakhir kalinya, melalui surat ini aku berusaha untuk jujur terhadapmu.

Mungkin engkau sudah lama merasakan hal itu, ketika lidahku itu  begitu kelu setiap kali aku berusaha mengucapkan dua kata itu di depanmu.

"Aku mencintaimu,"

Dua kata itu adalah hal yang paling sulit kuucapkan selama ini terhadapmu. Maafkan aku, cinta memang tidak pernah hadir  di dalam hatiku.

Dua puluh tahun bukanlah waktu yang sebentar, tapi saat pertama kali engkau hadir di dalam kehidupanku, tak lama setelah bapak menolak kehadiran orang yang menjadi cinta pertamaku itu seperti masih terasa baru buatku.

Masih terlihat jelas dimataku saat keluargaku tak merestui hubunganku dengan lelaki yang selama ini aku sebut sebagai pacar itu.

Saat itu di depan lelaki yang tidak berhasil menjadi suamiku, aku menangis saat lelaki yang menjadi cinta pertamaku itu bertanya padaku, "Kesalahan apa yang sudah aku perbuat, hingga orangtuamu tidak mau menerimaku menjadi bagian dari keluargamu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun