Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sanggul Literasi

5 November 2017   05:43 Diperbarui: 5 November 2017   06:05 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika waktu itu saya menolak ajakan teman, untuk mengikuti Workshop literasi selama tiga hari di Kuningan, dan guru saya diajak oleh temannya juga, untuk mengikuti kegiatan yang sama. Mungkin saat ini saya tidak akan bisa menyanggul hasil literasi saya.

Manfaat yang saya rasakan sangat luar biasa, karena saya mendapat ilmu baru, ternyata dari kecil saya sudah melaksanakan kegiatan tersebut, tapi tidak teraarah. Dulu saya termasuk anak pendiam,  tidak bisa bercerita tentang masalah pribadi kepada orang lain. Saya selalu menuangkannya pada  diary. Sampai diary saya banyak sekali, semua yang saya rasakan dan alami saya tuangkan disana. Terasa plong ketika bisa mencurahkan pada buku diary. Saat itu diary adalah sahabat terdekat saya. Selain menulis  curhatan pada buku diary, saya juga menulis puisi, cerpen pada buku itu.

 Waktu jaman sekolah saya suka menyendiri di kamar, sering membaca cerpen dan novel, selalu saya tulis inti dari buku yang saya baca. Yang saya lakukan dulu, hampir sama dengan Gerakan Literasi Sekolah yang sedang ramai digalakkan. Ternyata saya sudah melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah dari dulu, bedanya GLS saya adalah Gerakan Literasi Sendiri hehehehe.

Setelah mengikuti workshop tersebut, semangat saya muncul kembali, hobi saya bisa saya salurkan pada anak-anak didik saya. Setiap pagi setelah tadarusan selama lima belas menit, dilanjut membaca buku selama lima belas menit juga. Saya bebaskan anak-anak membawa buku dari rumah atau pinjam ke perpustakaan sekolah. Anak kelas satu dan kelas dua dibacakan oleh gurunya.

Setiap saya mengajar (kebetulan saya mengajar kelas satu dan dua), terkadang saya selipkan cerita, antusias anak-anak begitu besar. Jika  saya mengajar dikelasnya, mereka selalu ingin mendengar cerita saya. Untuk mendukung Gerakan Literasi Sekolah, saya juga pernah bercerita di hadapan anak-anak SDN Karya Mulya II. Untuk memberi contoh kepada anak-anak dan guru yang ada di sekolah tersebut. Sebagai Kepala Sekolah, saya tidak mau hanya memerintah tanpa turun langsung.

Untuk membiasakan anak membaca, banyak kesulitan yang kami hadapi. Dari dukungan orangtua yang kurang, minat anak naik turun ketika mendapat tantangan membaca. Tapi ini tidak menyurutkan semangat kami. Dengan semangat membaja dari salah satu guru saya, empat orang murid kami lulus tantangan, dengan dikalungkannya mendali pada mereka. Diberikan langsung oleh kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Terpancar rona bahagia pada wajah mereka.

Banyak manfaat yang saya rasakan, setelah melakukan kegiatan literasi sekolah, terutama untuk diri sendiri. Hoby dulu bisa saya salurkan, tulisan saya yang berupa puisi, cerpen dan artikel saya kumpulkan kembali. Banyak tulisan terutama puisi saya hilang entah kemana. Saya ingin menyanggul literasi saya agar lebih rapih berupa buku, baik buku puisi, artikel maupun cerpen. Boleh dong kita bermimpi, walau saya sudah membukukan beberapa kumpulan puisi saya, tapi masih keroyokan saya berencana ingin membukukan buku solo. Insya Allah.

Dengan membuat buku, saya ingin memberikan contoh nyata kepada guru dan murid yang ada di sekolah saya. Menulis dan membukukan itu mudah, asal ada kemauan, tidak putus ditengah jalan. Ada perasaan haru ketika mereka membaca karya Kepala Sekolahnya. Semoga ke depannya Gerakan Literasi Sekolah di SDN Karya Mulya II lebih maju lagi. Impian saya guru dan murid bisa membukukan tulisannya. Mimpi ini mungkin terlalu besar, why not. Mereka akan bangga membaca karya guru dan karya temannya sendiri.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun