Kampus itu memiliki puluhan mahasiswi cantik, namun hanya satu saja yang membuatku tertarik. Perempuan itu sangat pandai memainkan piano, sedangkan aku hanya pandai memainkan pita suaraku saja. Kala itu dia seorang diri di lab musik, kebetulan juga aku lagi sendiri. Kucoba mendekati dan menemaninya.
"Permisi, maaf menganggu sebentar," kataku padanya.
Piano itu pun tak bersuara lagi, "Iya, ada apa?" balas mahasiswi itu.
"Mungkin saya keliru, nama kamu Viti kan?" tanyaku yang sedang terpesona.
"Iya benar."
"Oh syukurlah ternyata aku tidak keliru malam ini."
Mahasiswi itu tersenyum dan melanjutkan memainkan piano berwarna  hitam. Aku sama sekali tidak tahu lagu apa yang dimainkan saat itu, tapi itu adalah sebuah instrument, sederhana sekali alunan musiknya. Malam itu terasa dingin, ku perhatikan dua buah AC di atas sana tidak aktif. Entah apa yang membuat ruangan ini menjadi dingin. Aku dan Viti saja di ruangan ini. Kembali aku menatapnya dalam-dalam dan pikiranku mulai liar. Tapi aku bisa mengendalikannya.
"Hai...," tiba-tiba saja aku menyapanya dan tangan kananku sudah meloncat di atas bahunya.
"Aduh, iya iya." Viti kaget.
"Eh anu," kataku gugup.
"Anu itu apa? Anu itu banyak, jangan-jangan anu yang kau maksudkan itu???"
"Hmmm anu... aku ingin menyanyi dan kuminta kau mengiringiku," pintaku.
"Baiklah. Mau lagu apa?"
"Banda Neira yang judulnya sampai kita jadi debu."
Viti memainkan lagu itu, sementara aku punya niat untuk bersentuhan dengannya.
***
SELESAI