Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepuluh Masa

18 Mei 2020   19:26 Diperbarui: 18 Mei 2020   19:29 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bawah randu tua, kau bersimpuh menggenggam sebuah ranting. Diukirnya nama seorang belia. Yang menemaninya sejak sepuluh masa. Ragu ia berucap, "cinta bukan?". Berkali-kali pada diri yang renta akan buana. Sekian masa berlalu, masih jua kau tak paham. Belukar hati yang mulai menunas semara. Disiram sejumput cahaya. Kelak ia tahu, sudah sejak lama asmaraloka memulai cerita yang pertama.

Telah kau seberangi tujuh samudera mimpi. Di bawah megah bumantara, fasih bersaksi. Adalah ia, tempat pulang jejak-jejak embara. Tujuan dari setiap cita yang ada... Kasih, hari ini baskara menguar murka. Seiring kau turunkan jangkar, ia telah berlabuh pada selain engkau. Paripurna dukamu. Nirleka puisi nan nirmala. Sepuluh masa yang sia-sia.

Jatuh di kedalaman jelaga, tak ada jalan kembali pada nirwana. Maka tersesatlah, Kasih... Lahirkan ayat-ayat paling gaham. Di sini. Di jantung atmaku yang mala.

Ini cintaku.
Sejak sepuluh masa...

- Jakarta, 16 Mei 2020 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun