sungguh, renjana
sesak pada rumpang
bercerita tentang urna pelangi,
pancarona bumantara meski kini gelita
masih kau narapati geta
jemala pun peraduan,
bersetubuh fantom
menggelinjang lahirkan delusi,
dekap penuh penggalan mimpi
seketika suam kala dahina datang
gelak tawa tercerai-berai,
dari dua jiwa yang padu
sebelum dimulai,
selesai telah menanti di tepi hari
menyegerakan karsa tamat,
tak peduli nubuat
...
pukul tiga dini hari
sebatang rokok masih kunikmati
kepulan asap mengawang,
meliuk aksara berkata semara
aku masih cinta,
tapi takdir bermain gila!
kertak atma terasa
ah, rupanya kau sudah tiada
takdir menyeringai
tanpa kita membersamai...
- Jakarta, 24 Oktober 2019 -
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!