Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Cerlang yang Terlarang

6 Desember 2018   14:10 Diperbarui: 6 Desember 2018   16:55 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang hidup punya untuk kita?
Kertak terdengar dari jiwa jiwa yang patah.
Sebelum sempat utuh sebuah kisah.
Tanpa celah, segala resah menjelma ruyung, memukul mundur raga raga.

Apakah hidup punya harapan bagi kita?
Ia telah membinasakan cinta di palung usia.
Pun mendidihkan asa di lubuk delusi, hingga lebur tanpa sisa.
Kata kata gegas menyederhanakan diri menjadi konsonan tanpa bunyi.
...

Di taman bunga-bunga yang bernama-nama, sebuah Khuldi tersaji di kelopak merah muda.
Cerlang nan ranum, semanis bujuk rayu Iblis yang menggoda.
Kita ambil sebuah dan membagi.
Secepat satuan cahaya, hidup menghempas kita!
Kau ke arah luka.
Aku menuju tiada.

...

Taman bunga-bunga tinggal kenangan tanpa nama.
Kita diperlatakan di pelataran entah.
Ditelan pelan-pelan pongah.

Jakarta, 6 Desember 2018 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun