Mohon tunggu...
Sutrisno
Sutrisno Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Komunitas

Entrepreneur tata graha akreditasi, sedang belajar di Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Era New Normal, Akankah Menjadi Akhir Senjakala UMKM?

1 Juni 2020   10:08 Diperbarui: 1 Juni 2020   10:31 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi new normal (sumber kompas.com)

Tulisan ini saya buat untuk semua mitra UMKM yang tengah berjuang melawan senjakala UMKM. Saya menyebutnya senjakala, manakala saya dan mungkin teman-teman yang berkecimpung di UMKM mengalami situasi usaha seperti berjalan menuju masa gelap gulita. Dan melalui era new normal ini saya dan kita semua berharap sunrise dan bersinar kembali geliat UMKM di seluruh negeri. 

Namun demikian, kita harus menyadari dan berkontribusi dalam banyak hal didalamnya. Banyak catatan untuk para pelaku usaha agar status uji coba new normal ini tidak justru menjadi petaka yang membawa kita kembali ke senja dan kehancuran ekonomi tahap kedua.

Masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari tiga bulan ini benar-benar meluluhlantakkan perekonomian masyarakat. Saya sebagai pelaku UMKM pun tak luput dari jerat situasi ini. Omset usaha kecil saya turut turun bebas hingga 90% dari masa normal. 

Betapa tidak, usaha kecil saya sangat dipengaruhi oleh penganggaran dari instansi, klinik atau perusahaan sedangkan di masa pandemi ini seluruh stake holder saya sibuk membagi dana untuk penyediaan alat pelindung diri (APD) disertai bayang-bayang penurunan pendapatan mereka yang juga turun drastis.

Wacana new normal yang didengungkan oleh pemerintah dalam beberapa hari ke belakang ini nampaknya akan mengubah angin baru yang akan membangkitkan kembali perekonomian masyarakat. Saya pun berharap demikian, bertahan saja sudah cukup-lah bagi saya. 

Setidaknya saya berharap untuk mampu tidak merumahkan pekerja, dan bisa ada sisa untuk survive hingga pandemi ini berlalu. Terkait masa new normal ini, setidaknya terdapat lima hal yang menurut catatan saya wajib untuk diperhatikan para pelaku usaha. 

Pertama, new normal bagi bagi UMKM adalah titik ujian dan dispensasi bagi UMKM 

New normal atau normal baru atau adaptasi kebiasaan baru ini jika kita lihat secara pesan ekonomi adalah era dimana masyarakat diberikan kesempatan atau dispensasi untuk menjalankan kembali kehidupan perekonomian agar masyarakat tidak berlarut dalam ketidakpastian dan keterpurukan akibat Covid-19 yang sudah terjadi berbulan-bulan. 

Saya tidak tertarik untuk ikut dalam polemik memaknai arti hidup berdampingan dengan Covid, namun secara prinsip saya sangat setuju dengan kebijakan bahwa kita dapat hidup normal dalam masa pandemi ini. Yakni hidup normal yang baru, dengan mau beradaptasi pada kebiasaan baru yang pastinya tidak pernah kita terbiasa sebelumnya. 

Dalam berbagai pernyataan dirilis pemerintah, new normal ini adalah masa uji coba yang sangat dimungkinkan akan dicabut kembali apabila trend grafik angka kejadian bergerak naik. Maka di sinilah titik ujian bagi kita bersama, bagaimana caranya secara bersama-sama kita wajib turut melibatkan diri dalam upaya mencegah penyebaran covid-19 ini agar tidak meluas dan kembali menghentikan roda perekonomian kita. 

Kedua, kita hidup dalam budaya masyarakat yang tidak tertib

Adalah fakta bahwa tidak tertib adalah budaya masyarakat kita secara mayoritas. Dalam masa penerapan PSBB dan pemberlakuan tanggap darurat, ketidakdisiplinan masyarakat adalah masalah yang paling banyak muncul. 

Ketidakdisipiplinan ini khususnya terkait budaya atau kebiasaan baru yang ditegakkan oleh pemerintah melalui aturan, PSBB maupun masa tanggap darurat. Misalnya: tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, berkerumun menjaga posko atau portal masuk kampung, tidak tertib mencuci tangan, dan bahkan banyak yang tidak menyediakan sarana cuci tangan. 

Ini merupakan celah-celah risiko terhadap naiknya kasus Covid-19 di semua negara. Dan ini harus menjadi titik berat menjadi perhatian khusus kita sebagai pelaku usaha guna menentukan langkah antisipatif agar budaya-budaya tersebut tidak masuk secara kasat mata di lingkup usaha kita.

Arus informasi yang begitu terbuka dan masif seperti sekarang ini sangat memungkinkan para pelaku usaha untuk menjadi sasaran kesalahan. Ketika masyarakat berkerumun di resto atau tempat kuliner, maka institusi-lah yang akan disorot. Ketika pengunjung tidak tertib dalam antrian di kasir, maka perusahaan-lah yang akan viral. Hal ini harus kita antisipasi dengan cermat agar kita tidak mendapat stigma sebagai bagian dari tempat-tempat yang melahirkan cluster-cluster baru dalam penyebaran Covid-19

Ketiga, bertransformasi dengan kebiasaan baru dengan memahami pola dasar penyebaran Covid-19

Bukan hanya mengambil untung dari kebijakan yang membolehkan kita kembali menjalankan ekonomi. Lebih dari itu kita dapat dan harus berpartisipasi dalam mencegah pola penyebaran Covid-19 ini. Secara dasar kita dapat lakukan setidaknya pada tiga hal berikut :

  • Berpartisipasi dalam pembiasaan masyarakat dalam memakai masker
  • Berpartisipasi dalam pembiasaan masyarakat sering-sering mencuci tangan
  • Berpartisipasi dalam pembiasaan masyarakat untuk menjalankan physical distancing

Jika mengacu pada program Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) memang terdapat banyak perilaku-perilaku atau gerakan prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah dalam pencegahan Covid-19 ini seperti: melakukan aktifitas fisik, makan makanan bergizi, berjemur dan sebagainya. 

Namun demikian menurut hemat saya, pada wilayah-wilayah tersebut lebih cenderung merupakan perilaku individu di rumah yang tidak terkait secara langsung dengan aktifitas masyarakat di luar rumah yang tentu kita tidak terlalu dapat masuk dan mengambil peranan didalamnya.  

Keempat, penuhi perangkat-perangkat sosialisasi yang dibutuhkan

Sebagaimana saya uraikan sebelumnya, memakai masker, mencuci tangan dan physical distancing adalah tiga hal pokok yang menjadi prioritas kita untuk terlibat di dalam pencegahan penyebaran Covid-19. Dengan demikian tentu saja kita wajib menyediakan semua perangkat yang dibutuhkan sejak pengunjung masuk sampai keluar. 

Kita harus dapat memastikan pengunjung untuk tahu tentang budaya new normal melalui beragam sosialisasi dan perangkat pendukung seperti poster wajib memakai masker, poster pentingnya mencuci tangan, sarana alat cuci tangan berupa hand sanitizer, seperangkat botol sabun cair beserta kran yang mudah diakses pengunjung, poster pentingnya physical distancing beserta perangkat-perangkat harus kita kondisikan agar pengunjung bisa tertib dalam menjaga jarak. 

Untuk bidang usaha-usaha yang berkomitmen dengan estetika, mungkin penyediaan perangkat-perangkat sosialisasi untuk hidup sehat dalam paradigma kebiasaan baru ini cukup merepotkan. Salah-salah pilih justru akan membuat tampilan resto atau swalayan kita menjadi tidak sesuai dengan harapan. Di sinilah kita dituntut untuk lebih cerdas dalam membuat perencanaan tata letak dan model-model property yang dibutuhkan.

Perangkat-perangkat seperti ini sangat mudah untuk kita dapatkan melalui marketplace-marketplace terkemuka di Indonesia, dengan berbagai ragam desain yang mengikuti seni dan bahkan bisa didapatkan dalam waktu yang relatif singkat alias tanpa pre order. Anda bisa mendapatkan semuanya bahkan dalam satu gerai yang sama seperti misalnya di Syafana (Tokopedia). Ratusan produk terkait sosialisasi pencegahan Covid-19 bisa Anda dapatkan hanya dengan sekali klik. Bahkan telah tersedia dalam bentuk paket-paket yang memungkinkan Anda untuk tidak banyak berpikir dalam perencanaan pengadaannya.


Kelima, jangan abai terhadap pengunjung yang tidak disiplin dengan kebiasaan baru

Yang terlebih dahulu kita lakukan tentu adalah pada lingkup karyawan terlebih dahulu harus kita kondisikan untuk tertib dengan selalu memakai masker, sering-sering mencuci tangan serta menjaga jarak dengan sesama karyawan lain.

Jangan pernah melakukan pembiaran terhadap pengunjung yang tidak tertib, misalnya tidak menjaga jarak, tidak memakai masker, ataupun tidak mau mencuci tangan. Kita dapat berkaca dari budaya di luar negeri misalnya di Singapura, orang bisa sangat tertib dalam membuang sampah, namun ketika mereka berkunjung ke Batam misalnya, mereka bisa saja berubah pola membuang sampah sembarangan.

Substansinya adalah, ketika kita membuat suatu sistem yang baik di rumah kita, dan mengimplementasikannya dengan konsisten, maka perusahaan kita akan disegani dan lebih terpercaya dibandingkan lainnya. Prinsipnya, kita harus berani untuk jangan ada yang tidak bermasker, jangan sampai tidak ada sarana cuci tangan, jangan ada yang tidak menjaga jarak. 

Ini yang akan menjadi sorotan publik. Dan jangan lupa bahwa pemerintah menjanjikan puluhan hingga ratusan ribu aparat untuk terjun langsung dalam upaya penertiban perilaku masyarakat di masa new normal ini. 

Sehingga jika kita tidak tertib, bisa saja perusahaan kita yang mendapat sanksi hingga penutupan tempat usaha. Era new normal ini bisa saja mengubah haluan ekonomi masyarakat ke arah yang lebih baik jika kita bisa menekan angka kejadian Covid-19 dan sebaliknya bisa saja tercipta kebijakan PSBB-PSBB baru yang mungkin tidak jelas kapan akan berakhir.

Penutup, kita sebagai pelaku usaha wajib turut berpartisipasi terhadap pencegahan penyebaran Covid-19. Bagaimanapun juga kita tidak boleh hanya berharap dan berharap pandemi ini cepat berakhir sedangkan kita tidak berkontribusi dan tidak melakukan apapun untuk mencegah penyebarannya. 

Selamat datang era new normal, selamat tinggal senja, mari kita sambut kebangkitan kembali kehidupan normal yang baru, patuhi protokol kesehatan dengan selalu adaptif terhadap kebiasaan baru. Sehingga era new normal ini akan menjadi akhir dari senjakala UMKM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun