Mohon tunggu...
Aprillia NurAida
Aprillia NurAida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Pendidikan Seksualitas

Lulusan keperawatan dan sekarang fokus pada pendidikan seksualitas dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengolah Isu Seksualitas Menjadi Diskusi yang Mendidik

14 September 2021   11:48 Diperbarui: 14 September 2021   12:02 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada keraguan di wajah suami. Diskusi semakin hangat, sebagai seorang laki-laki yang tidak mau menerima kekalahan pembicaraan melebar ke kesehatan. Menurutnya, zaman sekarang itu sudah canggih, pengobatan maju. Penyakit seperti HIV, kutil kelamin, herpes kelamin dan juga penyakit kelamin lain dapat dicegah, salah satunya dengan kondom ataupun pemakaian pelumas. Apa yang ditakutkan?

Risiko itu disosialisasikan untuk pencegahan. Layaknya iklan vaksin Covid. Seseorang yang belum terkena Covid-19 diharapkan dapat lebih kebal dan menuunkan risiko kematian saat terindikasi kena. Apakah kita perlu terkena Covid-19 dulu sebelum melakukan vaksin?

Pun sama dengan seks anal, apakah tidak ada cara lain untuk mendapatkan kepuasan seksual? Kenapa tidak dicoba variasi seks yang lain? Seks itu perlu dinikmati keduanya, inilah yang namanya kepuasan batin. Bukan hanya untuk salah satu pihak (yang meminta seks anal).

Pernikahan itu kompleks, yang dipikirkan juga efek jangka panjangnya. Kalau sekali dibolehkan, apakah ada jaminan akan cukup puas untuk selamanya? Bagaimana kalau ketagihan? Bagaimana kalau di tahun selanjutnya sudah tak ada kepuasan batin dalam hubungan, apa yang akan dilakukan?

Anus merupakan tempat untuk mengeluarkan kotoran, di sana ada banyak pembuluh darah. Selain itu, otot yang menunjangnya pun hanya satu yang dominan, sphincter. Otot ini membantu menahan feses. Bayangkan kalau otot ini kehilangan daya elastisitasnya, apa yang terjadi? Apalagi kalau Sobat sering berganti pasangan.

Berbeda dengan Miss V yang memiliki pelumas alami, anus tak memilikinya. Hal ini juga meningkatkan risiko luka dan kerentanan terkena penyakit. Apalagi kalau pihak perempuan memiliki tekanan dan juga ketakutan yang menyebabkan otot menegang.

Tanpa ada kerelaan, kerusakan yang terjadi pun lebih besar dan parah. Pembuluh darah pecah, luka goresan, belum lagi trauma yang ada.

Komunikasi menjadi jalan pengobatan yang nyata. Sesuatu yang terasa tabu menjadi bahasan menarik saat makhluk planet Mars dan Bumi bertemu. Memang pikiran laki-laki dan perempuan itu jauh berbeda tetapi bukan alasan untuk memuaskan kehendak pribadi.

Perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan sejajar, baik dalam berpendapat ataukah pengambilan keputusan. Dalam rumah tangga sudah bukan zamannya kita hanya "manut" atau istilahnya sendiko dawuh. Bukan berarti pula kita dibolehkan ngelunjak bahkan durhaka pada suami.

Manut ini dalam artian menurut pada suatu kebenaran. Kalau apa yang diinginkan laki-laki jauh dari apa yang kita yakini benar, sudah sepantasnya perempuan itu berpendidikan. Bukan dilihat dari gelar di ijazah, tetapi bagaimana peempuan itu mau berkembang sesuai peran yang diemban.

Istri memang harus jadi pelengkap laki-laki, setidaknya berusaha mengimbangi kalau berbeda latar. Semisal ia sebagai istri ulama, setidaknya belajar ilmu agama juga. Selain dapat menjadi bahan diskusi untuk pasangan, juga menjadi second opinion kalau diskusi dengan suami mengalami kebuntuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun