Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Hidup terus bergulir, kau bisa memilih diam atau mengikutinya, mengacuhkan atau mempelajarinya. Merelakan, atau meratapinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki yang Bersahabat dan Mencintai Gadis

18 April 2016   14:09 Diperbarui: 18 April 2016   14:23 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Yang dipelajarinya adalah tak ada sesuatu yang kebetulan, karena semua 'kebetulan' itu adalah bagian dari penggenapan suatu arti. Maka perihal mengapa ribuan kilometer dari tempat dimana dia menyerahkan hak milik atas matanya itu, dia dipertemukan kembali dengan sang pemegang hak milik, bukanlah suatu kebetulan.

Mungkin Tuhan sedang menguji persahabatan yang ia tawarkan tanpa syarat itu, pun sebaliknya. Mungkin pula Tuhan sedang mengisyaratkan bahwa inilah upah mengabdi kepada-Nya, dimana kebahagiaannya tak lagi muncul dari cinta tanpa berbalas yang masih juga belum ia pahami sepenuhnya. Dan berbagai kemungkinan lainnya berputar di benak Inan, selama ia memainkan nada-nada pengiring misa itu.

Pada waktu misa itu selesai, si gadis menghampirinya. Keberanian Inan lima tahun lalu berbalas. Dan seakan mengamini bahwa tidak ada suatu yang kebetulan, si gadis langsung mengutarakan pikirannya.

"Maafkan aku ya, karena butuh waktu lima tahun untuk menyadari bahwa yang kamu tawarkan waktu itu adalah sebuah hal yang tulus." Kemudian kata-kata itu seakan dibiarkan meresap oleh keduanya, karena untuk beberapa saat tak ada yang bicara.

"Apakah kamu menjadi frater karena aku?" tanpa menunggu jawaban Inan si gadis meneruskan, "maka bodohlah aku bila demikian, melepaskan kesempatanku untuk menjalin cinta denganmu." Setetes airmata hendak jatuh dari mata yang merampas hak milik mata Inan itu, namun dihapuskannya terlebih dahulu ketika ia mendengar panggilan dari temannya di belakangnya, yang lalu bergabung dengan mereka dan menganggukkan kepala ke Inan sambil berujar menyapa, "Frater," yang langsung disambut anggukan kepala Inan.

"Maaf ya Frater, tapi gadis cantik ini harus segera saya ambil karena kami akan bertugas di misa berikutnya," ujar teman si gadis kemudian sambil bercanda. Inan tersenyum menanggapinya dan berucap, "silakan, silakan," sambil memberikan tanda dengan tangannya. Gadis itu lalu membalikkan badan dan pergi dengan temannya yang menggandeng lengannya. Sebelum lepas dari pandangan keduanya, si gadis menoleh sekali lagi, dan mendapatkan Inan masih berada di tempatnya dan masih memandangnya. Sebuah senyum dilemparkan lagi ke mata Inan.

---

"Gadis, buat kamu nih, dari seorang lelaki yang rupanya kurang begitu berani untuk memberikannya sendiri kepadamu, tapi anehnya cukup berani untuk menitipkannya lewat seorang frater."

"Entah ya, mungkin lelaki itu melihat kamu yang sedang berbicara dengan frater waktu hari Minggu lalu, dan frater itu lalu menitipkannya kepadaku karena kami kebetulan bertemu pada esok harinya, bertepatan dengan selesainya kegiatan para frater itu di paroki kita."

Gadis menerima surat itu sambil setengah bertanya, "dari seorang lelaki?"

"Iya, kata si frater begitu. 'Seorang lelaki menitipkan suratnya untuk Gadis', atau kurang lebih seperti itulah. Hayo, umat mana lagi nih yang kesengsem sama si cantik ini," goda teman Gadis kemudian, yang hanya ditanggapi dengan senyum oleh Gadis, yang kemudian memasukkan surat tersebut ke dalam tasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun