Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Covid-19 Menaikkan Pamor

8 Maret 2020   21:52 Diperbarui: 8 Maret 2020   21:51 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyebarnya isu virus corona telah masuk ke Indonesia, turut mempengaruhi kondisi pasar tradisional. Beberapa hari terakhir, sejak Presiden Jokowi mengumumkan ada warga negara Indonesia yang terinfeksi virus Covid-19,  banyak pengunjung pasar berburu jamu tradisional yang dipercaya bisa menangkal beredarnya virus tersebut. Sebagian besar mereka mencari keberadaan jahe, kunyit dan temu lawak serta sereh.

Sebagaimana telah tersebar luas, hasil penelitian Prof Dr drh Chairil Anwar Nidom dari  Universitas Airlangga ini menjadi rujukan masyarakat untuk membentengi diri dari virus Corona. Tanaman rimpang yang mengandung curcumin  ini memang telah diteliti khasiatnya bisa mencegah berkembangnya virus Covid-19.

Dengan mengonsumsi cucurmin yang terkandung dalam jahe, kunyit dan temulawak, dipercaya bisa meningkatkan antibodi dan menguatkan sel-sel tubuh. Formula obat inilah yang bisa digunakan sebagai langkah preventif  terinfeksi virus Corona.

 Sebagai akibatnya, permintaan empon-empon ini meningkat pesat. Banyak pedagang yang mengaku hingga kehabisan stok karena banyak yang membutuhkan. Harganya pun berubah fantastis.

Harga jahe merah sebelumnya di pasaran per kilogram berkisar Rp 35.000. Kini melonjak hingga Rp 100.000/kg. Temulawak dari Rp 6.000/kg kini berganti harga menjadi Rp.70.000/kg. Sereh juga mengalami kenaikan harga, tetapi tidak sebanyak jahe dan temulawak.

Siapa yang diuntungkan dari keadaan ini? Pedagang empon-empon? Petani? Tengkulak? Atau pihak-pihak yang sengaja mengambil keuntungan dari keadaan ini?
Siapa pula yang dirugikan dari melambungnya harga kebutuhan tersebut? Penjual jamu gendong? Penjual jamu paketan? Ibu-ibu rumah tangga atau pengusaha pembuat minuman segar dalam botol?

Satu hal yang pasti, dengan melambungnya harga-harga tanaman rimpang tersebut, penjual jamu gendong menjerit. Satu gelas jamu gendongan yang biasa dijual Rp 2.000/gelas, kini harus berganti harga, berapa ia harus menjualnya? Pantaskah segelas jamu gendong dihargai Rp 10.000/gelas? Belum lagi harga gula juga ikut naik. Haruskah ia kehilangan pekerjaan karena kondisi seperti ini?

Semoga segera ada solusi untuk mengatasi masalah ini. Karena, bukan hanya sektor ekspor impor yang terkait dengan masalah penyebaran virus ini. Akan tetapi, kondisi masyarakat bawah dan pasar tradisional pun mengalami gejolak akibat Covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun