Mohon tunggu...
Anwar Saragih
Anwar Saragih Mohon Tunggu... Dosen - Dosen ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Peminum Kopi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Berkaca dari Pilkada Simalungun 2015

11 Agustus 2020   20:07 Diperbarui: 11 Agustus 2020   20:07 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Calon Pilkada Simalungun 2015

Lihat saja tim dari Radiapo Sinaga dan tim dari Wagner Damanik yang rutin mengkritik JR Saragih. Situasi ini mirip dengan Kampanye Pilkada Simalungun 2015, ketika Tim Tumpak Siregar, Tim Nuriyati Damanik dan Tim dari Evra Damanik rutin melakukan serangan ke Petahana JR Saragih waktu itu.

Efeknya jelas sangat baik bagi JR Saragih karena serangan ketika kampanye semakin mengkristalkan dukungan pada pasangan JR Saragih-Amran Sinaga. Efek bola salju dukungan pada pasangan JR Saragih-Amran Sinaga justru mucul ketika mereka diserang. JR Saragih waktu itu cerdas, ia menangis di publik dan pemilih banyak prihatin padanya.

Ketiga, variabel rasional seperti persepsi mengenai kemampuan calon dan kinerja petahana. Pada Pilkada Simalungun 2015, Wilayah Simalungun Atas dikunci secara elektoral oleh JR Saragih dengan kampanye pembangunan jalan yang telah diperbuatnya selama periode 2010-2015. Meski demikian, ia tidak melepas seutuhnya Simalungun Bawah karena dia butuh tambahan suara dalam melengkapi kemenangan di Simalungun Atas dan beberapa kecamatan di Simalungun Tengah.

Pilkada Simalungun 2015 yang diikuti oleh lima kandidat berpeluang kembali terjadi di Pilkada 2020 dengan lima kandidat pula. Variebel tambahan, yang selalu tidak muncul dalam teori adalah soal politik uang dan penyalahgunaan kekuasaan pada ASN.

Pasangan Anton Saragih-Rospita Sitorus tentu memiliki kredit tersendiri untuk peluang elektoralnya. Selain punya akses ke Bupati JR Saragih, pasangan ini sudah populer duluan melalui serangan tim pasangan lain di udara melalui media sosial.

Meskipun jika dilakukan survei saat ini engagementnya masih negatif, tapi soal popularitas justru pasangan ini secara tak langsung dikampanyekan oleh tim rival.

Pada pengertian yang seserhana, Engagement (keterlibatan) dalam setiap wacana publik. Dimana cara kerjanya melibatkan audiens para pengguna media sosial. Tentu efek dari engagement ini adalah tingkat penerimaan masyarakat.

Tapi sekali lagi, di awal kampanye, kandidat tidak mencari aksepsibilitas (penerimaan) tapi popularitas.

Saya membaca setiap data engagement di media sosial terkait Pilkada Simalungun 2020 dan membandingkannya dengan Pilkada Simalungun 2015 lalu.

Ada beberapa persamaan dan ada beberapa hal yang baru, utamanya tahun ini tidak melibatkan petahana.

Soal data engagement tersebut tentu saya tidak akan buka semua disini. Sebab, ada beberapa poin krusial terkait reaksi yang muncul yang datanya akan saya jadikan dan akan saya tulis dalam bentuk jurnal ilmiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun