Karena memiliki pasangan terikat komitmen, para jomlo bebas untuk bergaul dengan siapa saja dengan etika dan kehormatan yang perlu dijaga tentunya. Para jomlo bebas untuk mempersilakan tamu yang juga memiliki hak untuk mendekatinya.Â
Para jomlo juga bebas untuk bersikap "ya/tidak" dalam setiap tawarannya. Para jomlo juga bebas mencoba mengetuk pintu-pintu seseorang idamannya. Intinya, nikmati saja.
4. Lebih Dekat dengan Tuhan
Bukan berarti langsung secara penampilan berubah drastis tanpa mengkaji lebih dalam, ya, ini berarti semakin banyak kelonggaran waktu untuk beribadah, bukan berarti pula memiliki pasangan tidak dekat dengan Tuhan.Â
Jika sebelumnya berbahagia dengan kebersamaan, riuhnya saling mengingatkan, kini saatnya waktu untuk berkompromi dengan Tuhan. Menyampaikan hal-hal yang diinginkan, mengeluh atas cobaan yang diberikan, dan beribadah lebih intensif menuju perbaikan adalah hal-hal yang harus dilakukan.Â
Jadi, tidak perlu mengumpat menyalahkan keadaan atau justru Tuhan. Padahal, kepada siapa lagi kita bisa percaya dan meminta jika bukan kepada Dia? Ikhlas memang berat dan butuh waktu, tetapi ingat ada Tuhan yang selalu membantu.
5. Menghasilkan Cuan
Fondasi terakhir ini sepertinya lumayan kokoh sebagai benteng agar tidak merasa insecure. Dengan segala keistimewaan sebagai jomlo, celah untuk mencari cuan lebih besar karena fokus kepada diri sendiri tidak bisa terhindarkan.Â
Kesibukan yang bermanfaat akan sangat membantu seseorang melupakan seseorang. Jika kiranya rasa trauma membangun sebuah hubungan belum mereda, alihkan pada kegiatan-kegiatan berfaedah, terlebih yang menghasilkan "cuan". Dengan cuan, kita lupakan "itu mantan"