Begitu juga informasi di ruang maya, subyek pengguna memegang kendali penuh atasnya, jika ia tidak selektifdan kritis, maka akan terjebak dalam kubangan kebohongan dan mewariskan pada masa depan sekelompok generasi yang labil. Bahwa jika terlalu bertahan maka lahirlah masyarakat primitif di abad canggih. Sebaliknya, jika terlalu terbuka, maka lahirlah masyarakat yang Post Truth karena tidak memiliki kemampuan memilah kebenaran.
Terapan Literasi MediaÂ
Ruang semu kebebasannya yang tidak lagi terarah dan terkendali menjadi sebuah ancaman bagi semua golongan. Ancaman yang tertuju tidak hanya pada satu aspek melainkan berbagai aspek pun terkena.
Kesemerawutan informasi yang dikonsumsi publik antara dusta dan fakta melalui internet dan turunanya, sebuah kenyataan menjadi kegelisahan sendiri di Indonesia dan seluruh dunia saat ini.Â
Keminatan seseorang dengan kepeduliannya yaitu dengan menawarkan literasi media, yaitu pembenaman dalam diri pengguna internet kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mendekontruksi pencitraan media. Diharapkan dengan cara ini seseorang bersentuhan dengan internet ia dapat menelaah terlebih dahulu daripa langsung menerima informasi yang ia akses (Mahzumi, 2017).
Menyikapi kebohongan yang telah marak pada abad ini bisa dibilang sangat natural bagi manusia. Seseorang akan kehilangan kesadaran etisnya ketika ada maksud-maksud tertentu yang hendak dicapai, termasuk berbohong dengan menyembunyikan fakta atau menyampaikan apa yang tidak ia ketehaui.
Dijelaskan dalam kitab al-Kadzb, karya Yusuf Mikhoil As'ad tahun 1998, ia mengemukakan bohong dalam lima klasifikasi: a) Kebohongan temporal, b) Kebohongan akademik, c) Kebohongan emosional, d) Kebohongan psikologis, f) Kebohongan keyakinan.
Dari telaah Yusuf, kebohongan tidak hanya berpotensi pada individu tertentu, melainkan setiap manusia memiliki kerentanan untuk berbohong. Seperti teori yang di utarakan oleh Charles R. Darwin, bahwa manusia berovolusi dari kera. Maka, ia berbohong ketika teori sesudahnya membantah hal tersebut.
Bahwa kecanggihan teknologi informasi, haruslah diimbangi dengan akhlak mulia penggunanya. Pergunakanlah media sosial dengan sebijak mungkin sebagai kegiatan-kegiatan positif, berdakwah dan menanam kebaikan kepada masyarakat. Tujuan awal media sosial bertujuan mewadahi jalinan komunikasi antarindividu dari ras manusia atas nama persaudaraan dan kekeluargaan.Â
Internet dan fasilitas, tidak lebih dari sarana manusia memudahkan pekerjaan berdasarkan efektifitas dan efisiensi. Bersikap kritis dan meningkatkan literasi dalam benak diri masing-masing guna untuk meminimalisir kebohongan yang marak saat ini. Salah satu menghilangkan rasa malas. Pandai-pandailah dalam menggunakan media sosial ataupun teknologi pada saat ini. Dan jadilah manusia yang menyebarkan suatu informasi dengan berlandaskan kebenaran.