Mohon tunggu...
ANUGERAH OS
ANUGERAH OS Mohon Tunggu... Peternak - ~Penghobi hitam dan penggemar manis. HITAM MANIS, itu saja~

Selama kata masih merangkai kalimat Selama itu pula pena kan tetap berjaya Selama badan masih mengandung hayat Selama itu pula diri kan tetap berkarya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dongeng | Takluknya Si Raja Pembohong

11 Oktober 2018   08:08 Diperbarui: 18 Desember 2023   14:14 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar :syaharbanu.blogspot.com

"Ta... tapi..," Surman gugup. Raja yang melihatnya hanya senyum-senyum menang, "hmm... tapi kenapa?"

"Tapi, Baginda belumlah sempat memeriksa rumah hamba, rumah hamba itu memiliki 100 buah kamar..." Surman bersemangat kembali.

"terus?"

"Jarak antara satu kamar dengan kamar lainnya itu, jika ditempuh dengan berjalan kaki menempuh waktu tiga hari lamanya. Bayangkan saja Baginda, untuk dapat mengunjungi tiap kamar itu butuh waktu kurang lebih 10 bulan..."

"Hahaha... cukup anak muda, saya sudah tahu keadaan rumahmu. Bagaimana rumahmu dibangun, bahkan saat engkau dilahirkan pun saya tahu.  Dulu, kamu itu dilahirkan di kamar belakang, di kamar yang ke 100 itu..." Raja Bobohong menyela kalimat Surman, setelah diam sejenak dan menatap Surman, lalu melanjutkan, "setelah tali pusarmu dipotong, ayahmu langsung mengangkat dan menggendongmu ke kamar depan, dan begitu tiba di sana, engkau sudah bisa berjalan.  Pernyataan terakhir Sang Raja membuat lelaki itu hanya bisa terperangah, tak sanggup lagi berkata-kata. Diapun mundur perlahan dari hadapan Sang Raja.

"Pavvina, dipersilahkan ke depan!" Perdana Menteri memanggil peserta berikutnya.

Seorang pemuda berperawakan tinggi besar, mengacungkan tangan.  Dengan  senyum cengengesan memperlihatkan sederet giginya yang rapi, ia terbungkuk-bungkuk maju ke hadapan raja. Pavvina memberi hormat, Raja Bobohong mengangsurkan tangannya memberi isyarat agar Pavvina berdiri, "silahkan... apa ceritamu!" titah Raja.

"Sebelumnya hamba mohon ampun Paduka, sebab cerita ini menyangkut diri Paduka yang mulia..." Pavvina takut-takut. Raja Bobohong menatapnya dengan senyum sambil memilin kumisnya.

"Lanjut saja anak muda!" seru Raja tersenyum. Senyumnya mengandung umpan seperti menduga-duga apa yang akan disampaikan Pavvina. Dia selalu berhati-hati dengan kalimat pembuka tiap peserta.

"Sebenarnya saya sudah tahu semuanya, tentang siapa Paduka."

"Apa yang kamu tahu? Ceritakanlah..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun