Mohon tunggu...
antung apriana
antung apriana Mohon Tunggu... Administrasi - ibu bekerja dengan 2 anak

working mom with 2 children, blogger www.ayanapunya.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mesin Jahit Peninggalan Ibu

20 Juni 2022   08:36 Diperbarui: 20 Juni 2022   08:46 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menin jahit dari pixabay

Fira kembali berusaha mencerna perkataan Putra. Dibacanya kembali surat wasiat yang diberikan ibu kepadanya beberapa saat sebelum beliau meninggal. 

"Menurut ayah, apakah yang dikatakan Putra itu benar? Ibu sebenarnya hanya ingin mesin jahit itu terus digunakan dan bukan memintaku mengikuti jejaknya menjadi penjahit?" tanya Fira pada ayah akhirnya.

Ayah menyesap kopinya. "Iya. Ayah setuju dengan pendapat temanmu itu. Kalau mengingat sifat Ibu, rasanya tidak mungkin dia memaksa putrinya melakukan hal yang tidak disukainya," kata ayah kemudian.

"Iya. Ibu bahkan jarang sekali meminta Fira membantu menyelesaikan jahitan dan membiarkan Fira terus menulis."

Ayah tersenyum mendengar jawaban Fira. 

"Kalau begitu, Fira boleh tidak melanjutkan belajar menjahit setelah kursus ini selesai?" tanya Fira lagi. 

"Kalau memang kamu merasa tidak menyukainya, tidak usah dipaksakan. Ayah juga yakin ibunu juga tak berniat memaksamu untuk menjadi penjahit. Tapi bagaimana jadinya kamu memenuhi permintaan terakhir Ibu?" tanya Ayah kemudian.

"Aku berencana menyumbangkannya kepada Oma Nani, Yah. Dengan begitu mesin jahitnya bisa terus dipakai oleh para peserta kursus."

"Ide yang sangat baik Fira. Tapi sekarang ayah jadi penasaran dengan temanmu yang bernama Putra itu. Mungkin seharusnya ayah dikenalkan padanya. Sepertinya kau cukup dekat dengannya," ayah berkata lagi. Kali ini ada nada menggoda dalam suaranya. Fira sendiri hanya bisa tersipu mendengar perkataan ayah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun