Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Musik Politik Negeriku

17 September 2019   09:32 Diperbarui: 18 September 2019   12:52 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan, mungkin sekedar irama rintik-derasnya air jatuh,

pengikat putus-sambungnya asa di ranah mega mendung,

berkunci-nadakan C mayor basah?

*) Sekali lagi kuulangi,

Wacana itu sekedar syair atau lirik lagu,

Lrik lagu Ketuhanan, lagu kemanusiaan, lagu Persatuan, lagu demokrasi, lagu Keadilan.

Singkatnya lirik lagu Pancasila, mungkin!

Yang akan didendangkan seturut irama ritmik musik, dari yang woles hingga yang cadas.

Kuulangi sekali lagi

Nikmati dan perhatikanlah irama nadanya.

Kebijakan politik?

Itu 'kan soal tumpukan not bersusun yang terbangun atas kunci nada,

kunci nada kekuasaan,

kunci nada kelembagaan,

kunci nada Pembangunan,

Sekali lagi kuulangi,

Benamkan dulu, 

soal konsistensi sebab-akibat tunggal atau majemuk.

Kuulangi sekali lagi,

Benamkan dulu,

soal konsekuensi logis.

Sekali lagi kuulangi,

Benamkan dulu,

dampak keterpengaruhan ragam peubah kritis.

CUKUP,

Kosongkan pikiran dari semua gagasan baku,

kuulangi sekali lagi,

hempaskan pendikte cara baca realitas yang nyaris muskil terbaca.

CUKUP,

Pekakan telinga musik kita,

Ke depannya,

semua penikmat dan pelaku politik harus berkecerdasan musik yang memadai.

Yang belum paham kecerdasan musik dapat berkonsultasi

dengan psikolog yang pakar di bidang kecerdasan jamak.

Ke samping kirinya,

Rakyat tetap berkuasa, dan akan selamanya berkuasa,

tapi Bpk. Presidenlah derijennya.

Ke samping kanannya,

Demokrasi itu soal titik balik refrain, intonasi dan intensi.

Ke depannya lagi,

kamar mandi umum akan dikenakan tarip baru 5 kali lipat lebih tinggi,

karena sudah termasuk fasilitas karaoke.

Ke belakangnya,

catatan kebijakan dan irama musik yang mengiringi: (ingat irama bukan judul apalagi lirik!)

terkait masalah narkoba,

mungkin irama lagu "Bohemian Rhapsody"-nya Queen paling cocok,

terkait masalah korupsi,

mungkin irama lagunya the Police atau Metallica?

terkait masalah KPK,

mungkin irama lagu "Message in the Bottle"-nya the Police,

terkait masalah pindah ibukota,

mungkin irama dan syair lagunya the Platters yang berjudul "The Great Pretender"

Sekali lagi ke belakangnya,

jenis irama lagu lain, seperti  kasidah, dangdut, samroh, dan jazz

telah diborong habis Gus Dur!

Ke depannya sekali lagi,

Semua teori politik negeri bhineka yang tidak menyertakan analisa irama musik,

mungkin tak bakalan laku atau bahkan dianggap "kontra revolusi millenia"!

Sekali lagi ke depannya,

semua sumber berita politik negeri dari koran hingga medsos akan berubah jadi PARTITUR!

Untuk dapat menikmati dan menari bersama irama musik,

kita perlu mabuk puisi terlebih dahulu.

Untuk dapat mabuk puisi,

kita perlu tenggak pentas drama terlebih dahulu.

Untuk dapat menenggak pentas drama,

kita perlu rendah hati dan lapang dada, juga sedikit berlapang kocek!

Sekali lagi kuulangi,

Jangan pernah pesan apalagi minum secangkir kopi panas,

dikala hatimu beku!

Puisi ini (sebagian kalimat berbunyi: "Sekali lagi kuulangi") merujuk pada buku karya Rabu Pagisyahbana yang berjudul "Mencintai Kamar Mandi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun