Suasana ruang tengah pun mendadak sedikit sepi, sampai akhirnya kubuka lagi obrolan kami.
"Tetapi untung Anton selalu dengarkan mama dan percaya. Sekarang Anton akhirnya bisa ketemu sama Gadis ya mah."
"Puji Tuhan." Jawab mamaku dengan nada sedikit lucu.
Masih kuingat jelas waktu itu. aku harus magang, membuat laporan dan mulai mencicil untuk membuat skripsi. Niatku untuk mencari pasangan sungguh pergi jauh jauh dari hati dan pikiranku. Fokus pada tujuan hanya itu isi kepalaku.
Namun datanglah Gadis, dia ini hadir dihidupku dengan cara yang berbeda. Dia mengetuk hatiku terus menerus dan mendobraknya dengan keras. Kurang lebih 2 bulan wanita ini konsisten mengganggu kehidupanku yang tenang tetapi justru aku bersyukur. Aku pun memberanikan diriku untuk berkomunikasi dengan Mama pada saat itu.
"Mah, Anton dekat dengan seorang wanita. Dia katolik dan batak."
"Anton, memang sudah merasa cocok dengan dia?"
"Sejauh ini sudah mah, kalau memang sudah sesuai dengan persyaratan Mama, Anton ingin memulai hubungan 'teman dekat' dengannya?"
"Memang dia anak ke berapa?"
"Dia anak terakhir dari 3 bersaudara mah."
"Mama sih pengen, Anton sebagai anak tertua bisa mendapatkan seorang wanita yang bungsu."