Mohon tunggu...
Anton timothy
Anton timothy Mohon Tunggu... Human Resources - Pengemudi Motor Kranji - Sudirman

Tanya bossku @Mariabernadeth Cerita cinta mabos - malop yang tidak seindah drama korea. Anime. J-Dorama. K-Drama. Sosiologi praktis. Email: antontimothy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tulang Rusuk untuk "Anak Buha-Baju"

3 Januari 2018   21:20 Diperbarui: 3 Januari 2018   21:52 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Anak Buha -- Baju" adalah sebutan untuk anak laki -- laki pertama di sebuah keluarga batak. Dalam adat batak, anak pertama seringkali memiliki tanggung jawab besar dan perlakuan yang istimewa. Dalam keluargaku, Akulah Anton Timothy, si sulung dari 3 bersaudara. Kini usiaku sudah 24 tahun.

Sudah 11 tahun lalu, Ayahku hidup dalam kehidupan abadi, tepat di tanggal 8 Desember. Hari itu pula menjadi kado terindah Mamaku yang akan berulang tahun di tanggal 12 Desember. 

Desember menjadi bulan penuh syukur bagi keluargaku. Kami bersyukur Ayahku bisa lebih tenang daripada harus terus melawan sakit gagal ginjalnya yang sudah diderita selama 8 tahun. Sulung ini pun besar menjadi seorang wakil kepala keluarga untuk menemani Mama.

Ingat betul betapa beratnya untuk tersenyum 11 tahun silam ketika Mamaku berulang tahun. Tetapi semua berubah di hari ibu yang jatuh tanggal 22 Desember. Aku, Alam dan Arnold mengucapkan selamat hari ibu, sekaligus selamat hari ayah teruntuk Mamaku yang sekarang harus menjadi seorang wanita dengan 4 kaki, 4 tangan dan 2 kepala dalam hidupnya. Semua kejadian 11 tahun silam membuatku maju selangkah lebih dewasa, membuat Mama menjadi sosok yang kuat dan membuat kedua adikku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Mama.

Sekarang, bulan terakhir dalam tahun Masehi itu datang lagi. Suka dan cita selalu mewarnai bulan ini dari tahun ke tahun. Hanya saja semua berbeda di tahun ini. Entah, ini patut disebut kabar gembira atau kutukan untuk Mamaku....

Semua berawal dari 3 tahun lalu, aku berjumpa dengan seorang wanita bernama Gadis. Mabos, panggilan kesayanganku untuk wanita ini. Aku tidak pernah memberikan hadiah untuk Mama, yang hanya bisa aku lakukan hanya tidak membuatnya kecewa ataupun bertambah beban pikirannya. Mulai dari pendidikan, pekerjaan bahkan asmara seluruhnya atas persetujuan dan hasil diskusi aku dan Mamaku. Begitupun ceritaku dengan Maboss.


20 Desember 2017 menjadi sebuah titik awalan baru dalam kehidupanku. Entah, aku benar -- benar merasa ingin menceritakan keseriusanku dengan Gadis. Pembicaraan itu pun dimulai..

"Mah, Anton mau ngobrol sebentar."

Masih kuingat waktu itu, aku berbincang dengan Mama di ruang keluargaku. Mama yang baru keluar dari kamarnya langsung mengambil posisi duduk di sofa panjang, kemudian mengangkat satu kakinya dan melipatnya di atas sofa.

"Emmm" singkat saja jawaban Mamaku. Ini sudah biasa dalam keluargaku. Mama tipe orang yang kadang jawabannya cuek bercanda atau cuek beneran hahaha... (mohon maaf aku kadang tidak bisa menahan tawa ketika mengingat wajah Mama yang seperti ini, sungguh sumber semangat lain di dalam keseharianku).

"Begini mah, anton mau cerita. Waktu pertama kali anton mengenalkan wanita yang menjadi pacar Anton, Mama minta, 'Ton, bisa gak kalau punya teman dekat yang seagama dengan kita.' Anton pun menjadikan itu sebagai pertimbangan Anton setelah menjalani hampir 11 bulan bersama dengan wanita itu." Jelasku membuka obrolan yang kumulai kemaren.

"Kamu itu makanya harusnya lebih bijaksana mencari pasangan." Respon mamaku begitu tenang meladeni pembicaraanku.

Masih kuingat saat itu, Mama justru bersyukur dengan putusnya hubunganku dengan wanita yang berbeda keyakinan denganku. Dalam rutinitasnya berdoa di Goa Maria selalu terselip doa untukku  yaitu, "Tuhan pertemukan anakku, dengan jodoh yang percaya kepada-Mu." Ini cukup menamparku sebagai seorang anak serta menjadi titik balik dari pandanganku terhadap sebuah hubungan. Rasa sayangku kepada Mama membuatku memilih untuk mengakhiri hubungan dengan wanita yang pertama kali kujadikan kekasih tersebut.

Tidak lagi ada perasaan yang bersifat egosentrik. Aku akan mencari yang seseorang untuk berbagi kasih bukan hanya denganku saja tetap juga dengan orang orang yang aku sayangi. Kisah cinta itu pun berlalu dan meninggalkan kesan yang baik untuk perjalananku berikutnya. Selang waktu berjalan, diriku yang sudah tertampar mulai berhati -- hati dalam menetapkan pilihan.

Obrolan santaiku dengan mamaku itu pun berlanjut. Aku membawakan kembali kisah nostalgiaku dengan seorang wanita setelah pacarku yang pertama. Tetapi melihat Mamaku yang sedikit agak mengantuk, aku berjalan ke dapur. Teh hangat aku yakin bisa mengembalikan Mama kembali segar. Uap air yang masih tampak oleh mata keluar dari secangkir the hangat tersebut.

"Tumben baik, ada angin apa nih?" Raut wajah Mama berubah menjadi sedikit lebih antusias dan senyum lucu yang menyiratkan, "anak gue pasti lagi ada maunya."

"Gak kok mah, supaya ngobrolnya enak aja." Jelasku dengan santai.

"Hmmm." Suara Mama sembari menyeruput the hangat buatanku.

"Kalau sama pacar Anton yang Jawa, mama ingat ga?" Tanyaku cepat mengganggu seruputan teh dari Mamaku.

"Ingat kok. Memang katolik dan anaknya baik, tetapi kamu ingat kan apa pesan mama waktu itu."

"Tidak mungkin Anton lupakan mah. Mama minta gini nih, 'kalau bisa yang batak ya ton.' Sedikit sih kata -- katanya tapi emang bener banget dah Mama tuh suka banget kasih ultimatum pas Antonnya sudah pacaran." Sedikit sebal kadang kalau mengingat kebiasaan Mamaku yang seperti ini.

Hubunganku pun berakhir setelah 8 bulan menjalin pertemanan kami pun berpisah dengan baik -- baik. Sekali lagi, ucapan Mamaku menjadi landasan terbesar bagiku untuk melakukan banyak hal dalam kehidupanku. Dari jalinan cintaku yang terakhir, aku mulai lebih sering berkomunikasi dengan Mamaku agar tidak lagi penyesalan dan kekecewaan untukku dan Mama.

Suasana ruang tengah pun mendadak sedikit sepi, sampai akhirnya kubuka lagi obrolan kami.

"Tetapi untung Anton selalu dengarkan mama dan percaya. Sekarang Anton akhirnya bisa ketemu sama Gadis ya mah."

"Puji Tuhan." Jawab mamaku dengan nada sedikit lucu.

Masih kuingat jelas waktu itu. aku harus magang, membuat laporan dan mulai mencicil untuk membuat skripsi. Niatku untuk mencari pasangan sungguh pergi jauh jauh dari hati dan pikiranku. Fokus pada tujuan hanya itu isi kepalaku.

Namun datanglah Gadis, dia ini hadir dihidupku dengan cara yang berbeda. Dia mengetuk hatiku terus menerus dan mendobraknya dengan keras. Kurang lebih 2 bulan wanita ini konsisten mengganggu kehidupanku yang tenang tetapi justru aku bersyukur. Aku pun memberanikan diriku untuk berkomunikasi dengan Mama pada saat itu.

"Mah, Anton dekat dengan seorang wanita. Dia katolik dan batak."

"Anton, memang sudah merasa cocok dengan dia?"

"Sejauh ini sudah mah, kalau memang sudah sesuai dengan persyaratan Mama, Anton ingin memulai hubungan 'teman dekat' dengannya?"

"Memang dia anak ke berapa?"

"Dia anak terakhir dari 3 bersaudara mah."

"Mama sih pengen, Anton sebagai anak tertua bisa mendapatkan seorang wanita yang bungsu."

"Berarti boleh ya mah?"

Percakapan dengan Mamaku berakhir dengan jawaban sebuah senyuman dari Mamaku. Sungguh hatiku seperti sangat lega, pilihanku kali ini berlabuh di tempat yang tepat. Sejak awal semua aku jalani dengan tujuan yang baik dan aku pun menyatakan perasaanku kepada Gadis. Perjalanan panjang itu pun dimulai. Masalah dan rintangan selalu datang diantara aku dan Gadis, tetapi entah mengapa suka cita yang selalu aku rasakan apapun yang kutemui.

Tahun ini aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku dan harapanku kepada Mamaku. Mendengar jawaban "Puji Tuhan" dari Mamaku, seakan ada angin yang mendorongku dan memberanikan diriku untuk berbicara.

"Ma, Anton sudah cukup lama mengenal Gadis, menurut Mama baiknya gimana?"

"Kalau Anton merasa wanita yang sekarang menjadi teman dekat Anton adalah tulang rusuk yang Tuhan kasih, kita doakan yang terbaik dan Mama dukung."

Jujur aku sedikit terenyuh mendengar kata -- kata dari Mamaku. Tidak percaya tetapi ini nyata. Terima kasih Mamaku.

"Anton, ingin serius dengan Gadis. Tapi dari financial Anton belum mampu mah."

"Tuhan juga tidak tidur Anton. Rejeki bisa datang dari mana saja. Mama pun masih mampu untuk membantu Anton. Menikahkan 'Anak Buha Baju' buat Mama yang seorang single -- parentadalah rejeki yang Tuhan kasih untuk Mama. Tapi tetap ya kamu juga harus ikut menyumbang 'sinamot' Ton." Sungguh jawaban yang tidak terduga. Senang dan haru.

Obrolanku dengan Mamaku berhenti karena Alam, adikku datang. Dia sosok yang sangat khawatir terhadap segala bentuk pengeluaran Mamaku. Hanya saja pembicaraan itu serius dan Mamaku pun akhirnya meminta untuk bertemu dengan orang tua dari Maboss. Perjalanan panjang adat batak pun dimulai sejak saat itu.

Seluruh ucapan Mamaku sesuatu yang aku percayai dan aku yakini. Menggerutu dan kecewa pernah terjadi berulang kali, tetapi Tuhan membayar tiap keputusan itu. Pertemuanku dengan Gadis adalah hadiah tidak langsung dari Mamaku, yang selalu memikirkan yang lebih baik untukku. Terima kasih Mama mempertemukanku dengan wanita yang memang benar -- benar aku kasihi.

Semoga terwujud keinginanmu untuk menikahkan "Anak Buha Baju", Mamaku. Menikahkan "Anak Buha Baju" menjadi momentum yang mengharukan dan prestisius. Sebuah berita besar bahwa Mamaku seorang janda mampu membesarkan anak seorang diri bahkan menikahkan anak pertamanya dengan megah. Sehatlah selalu mamaku.

Segala keterlibatan Mama dalam kehidupan cintaku menuntunku menemukan tulang rusukku. Ini  adalah hadiahku. Terima kasih Mamaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun