Mohon tunggu...
Anton DH Nugrahanto
Anton DH Nugrahanto Mohon Tunggu... Administrasi - "Untung Ada Saya"

Sukarnois

Selanjutnya

Tutup

Sosbud featured

Selamat Ulang Tahun, Pak Harto

8 Juni 2012   06:18 Diperbarui: 8 Juni 2019   11:04 9572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Soeharto sedang mencoba mobil hadiah dari PM Malaysia Mahathir Muhamad, di Jakarta, 19 Mei 1994.((ARSIP FOTO) KOMPAS / JB SURATNO)

Dari situasi keprihatinan yang tinggi itulah Suharto lahir. Di usia empat tahun Suharto sudah diserahkan ke kakak ibunya, pada keluarga Kromodiryo. Pada usia yang masih amat muda sekitar lima tahun dan ini mengherankan bagi anak desa seumurnya, Suharto sudah disekolahkan.

Suharto yang berada di dusun amat terpencil bisa bersekolah bagus ini juga menjadi bahan riset yang menarik, siapa ayah Suharto sesungguhnya? Suharto sendiri tak mengalami ikatan emosional yang tinggi kepada orang yang dianggap ayahnya yaitu Kertosudiro, -kemungkinan Suharto sudah mengerti bahwa Kertosudiro bukan ayah kandungnya (Elson, bab I –Permulaan dan Masa Muda Suharto).

Di dalam buku otobiografinya: Suharto : Pikiran, Ucapan dan Tindakan, yang disusun oleh Ramadhan KH mengatakan : “dimasa lalu ada teman seingat saya bernama si Kromo, yang mengata-ngatai saya sebagai ‘Den Mas Tahi Mabul’.

Dan ini penghinaan bagi Suharto kecil, lalu Suharto menonjok anak itu dan itulah pengalaman satu-satunya Suharto berkelahi, ini artinya berbeda dengan pengalaman berkelahi pertama Sukarno yang mempersoalkan dia dilarang main bola oleh Sinyo Belanda karena ia seorang Pribumi tapi Suharto berkelahi karena persoalan tak jelas asal usulnya.

Dari Sukirah sendiri Suharto memang ada keturunan bangsawan Yogyakarta, kakek buyut Suharto : Notosudiro, memiliki isteri yang merupakan anak perempuan dari Hamengkubuwono V.

Terlepas dari situasi sulit siapa ayah kandungnya, perpecahan keluarga dan segala macam konflik psikologis dalam lingkungannya Suharto tumbuh secara baik, ia adalah pemuda yang tampan, berwajah ningrat dan sangat halus perangainya.


Beberapa kali Suharto menjadi bahan rebutan antara Sukirah dan Kertosudiro, sehingga Suharto harus tabah dalam menjalani kehidupan. Suharto sendiri mengakui saat paling bahagia adalah ketika ia ‘ngenger’ (menumpang) pada keluarga Prawirohardjo, yang salah satu anaknya adalah Sulardi, di Wuryantoro.

Lewat Sulardi inilah Suharto berkenalan dengan Hartinah, puteri wedana di Wonogiri, yang juga merupakan kawan sekelas Sulardi, kelak Hartinah adalah isteri Suharto.

Suharto hidup prihatin, ia senang sekali berpuasa “Saya sudah mengalami banyak laku, banyak tindakan pertapaan di diri saya, satu-satunya yang belum saya lakukan adalah tidur diatas sampah” kenang Suharto dalam biografinya.

Bertapa adalah ‘keprihatinan’ ala orang Jawa dalam memahami penderitaan, dalam keprihatinan manusia tidak boleh hidup enak, mereka harus mendidik dirinya sendiri dengan keras agar tidak gampang mengeluh dalam kehidupan dan kuat menghadapi godaan dalam menjalani cita-cita.

Guru Suharto paling awal dalam soal kebatinan dan pemahaman pada nilai-nilai filsafat Jawa adalah Kyai Daryatmo yang ditemui Suharto sewaktu muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun