Mohon tunggu...
Dr dr M N Ruky M Kes Apt Sp GK
Dr dr M N Ruky M Kes Apt Sp GK Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Dokter

Professional Medicine, Apoteker, Nutrition and Leadership

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Keajaiban Puasa Terhadap Tubuh

21 Maret 2024   02:48 Diperbarui: 21 Maret 2024   03:26 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses menggunakan dan menyimpan energi makanan yang terjadi ketika kita makan, terjadi pula sebaliknya bila kita berpuasa. Kadar insulin turun, mengisyaratkan kepada tubuh untuk mulai membakar cadangan energi (yakni glikogen).

Glikogen (glukosa yang disimpan di dalam hati) adalah sumber energi yang paling mudah diakses dan hati punya cukup simpanan untuk menyediakan energi selama 24 jam. Setelah itu, tubuh mulai memecah lemak tubuh yang tersimpan untuk mendapatkan energi.

Jadi, kondisi tubuh berada hanya ada dalam dua keadaan : (1) keadaan diberi makan; dan (2) keadaan puasa (insulin-rendah). Kita menyimpan energi makanan atau membakar energi makanan. Jika makan dan puasa diseimbangkan, tidak ada kenaikan berat badan lagi.

Transisi dari keadaan ada asupan makanan ke keadaan puasa terjadi dalam beberapa tahap, sebagaimana secara sederhana digambarkan George Cahill (Full Metabolism in starvation, Annual Review of Nutrition, 26 (2006); 1-22), salah satu pakar terkemuka di bidang fisiologi puasa, bahwa pada saat kita :

  • Makan; kadar gula darah meningkat, karena tubuh menyerap makanan yang sedang kita makan, dan kadar insulin meningkat untuk memindahkan glukosa ke dalam sel-sel tubuh, yang menggunakannya sebagai energi. Kelebihan glukosa disimpan sebagai glikogen di dalam hati atau diubah menjadi lemak.
  • Fase pasca-absortif (6-12 jam setelah berpuasa); pada titik ini, kadar gula darah dan insulin mulai menurun. Untuk kebutuhan energi, hati mulai memecahkan glikogen, melepaskan glukosa. Glikogen yang disimpan bertahan sampai kira-kira 24-36 jam.
  • Gluconeogenesis (24 jam - 2 hari sejak awal berpuasa): pada titik ini, cadangan glikogen sudah habis. Hati kemudian memproduksi glukosa baru dari asam amino dalam sebuah proses yang disebut gluconeogenesis (proses membuat glukosa baru). Pada orang non-diabetik, kadar glukosa menurun, tetapi masih dalam ambang batas normal.
  • Ketosis (2-3 hari sejak awal puasa) :  kadar insulin yang rendah merangsang lipolisis (penghancuran lemak untuk diubah menjadi energi). Trigliserida, bentuk lemak yang digunakan untuk cadangan, dipecah menjadi gliserol dan tiga asam lemak. Gliserol digunakan untuk proses gluconeogenesis sehingga asam amino yang sebelumnya digunakan bisa disimpan untuk proses sintesis protein. Asam lemak digunakan secara langsung sebagai energi oleh sebagian besar jaringan tubuh, kecuali otak. tubuh menggunakan asam lemak untuk memproduksi senyawa keton. dan digunakan oleh otak sebagai energi. Setelah 4 hari berpuasa. Sekitar 75% energi yang digunakan otak berasal dari keton. Dua jenis utama keton yang diproduksi adalah beta-hydroxybutyrate dan acetoacetate, yang bisa meningkat tujuh kali lipat lebih selama berpuasa.
  • Fase konservasi protein (5 hari sejak awal berpuasa) : kadar hormon pertumbuhan (HGH : Human Growth Hormon) yang tinggi menjaga massa otot dan jaringan-jaringan bebas lemak. Energi untuk melangsungkan proses metabolisme dasar nyaris seluruhnya berasal dari asam lemak dan keton. Glukosa dalam darah dipertahankan oleh proses gluconeogenesis menggunakan gliserol. Kadar norepinefrin (adrenalin) yang meningkat mencegah penurunan angka metabolisme. Pergantian protein dalam jumlah normal terjadi, tetapi tidak digunakan sebagai energi.
  •       Intinya, di sini penulis menggambarkan  keadaan tubuh ketika menjalani puasa, terjadi  proses peralihan dari membakar gluosa menjadi membakar lemak. Lemak tidak lain adalah energi makanan yang tersimpan di dalam tubuh.
  • Pada masa-masa ketika ketersediaan makanan sedikit, simpanan makanan secara alami dilepas untuk mengisi kekosongan. Tubuh kita tidak "membakar otot" untuk mempertahankan dirinya sampai semua simpanan lemak terpakai.
  • Insulin menurun:  menurunnya kadar insulin merupakan salah satu dampak hormonal puasa yang paling konsisten. Semua makanan menyebabkan peningkatan insulin sampai taraf tertentu. Karbohidrat rafinasi cenderung menyebabkan peningkatan insulin paling tinggi. Sementara makanan berlemak adalah adalah yang paling sedikit meningkatkan insulin, tetapi keduanya menyebabkan peningkatan insulin. Oleh karena itu, metode yang paling efektif untuk mengurangi insulin adalah menghindari semua makanan.

Selama tahap-tahap awal berpuasa, insulin dan kadar glukosa darah merosot, tetapi masih dalam batas normal, terjaga oleh pemecahan glikogen juga gluconeogenesis. Setelah glikogen habis terpakai, tubuh mulai beralih membakar lemak untuk menghasilkan energi. Puasa yang lebih lama mengurangi insulin secara lebih dramatis.

Mengurangi kadar insulin secara teratur akan meningkatkan kepekaan insulin. Tubuh Anda menjadi lebih responssif terhadap insulin. Lawan dari kepekaan insulin, resistensi tinggi terhadap insulin, merupakan akar masalah penyakit diabetes tipe 2 dan selama ini dikaitkan juga dengan sejumlah penyakit, termasuk: penyakit jantung, stroke, Alzheimer, diabetes Tipe 2, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, obesitas perut buncit, pembengkakan hati non-alkoholik (NASH), syndrome ovarium polikistik (PCOS), encok, aterosklerosis, penyakit asam lambung (GERD), gangguan pernapasan saat tidur (OSA), kanker.

Menurunkan insulin juga membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh karena insulin dikenal menyebakan garam dan air bertahan di dalam ginjal. Inilah sebabnya diet rendah karbohidrat kerap menyebabkan diuresis. Hilangnya kelebihan air, sebenarnya, penurunan berat badan awal dalam diet rendah karbohidrat adalah hilangnya air. Diuresis ini bermanfaat untuk mengurangi kegemkan dan membantu Anda merasa lebih ringan. Sebagian mungkin juga mencatat adanya penurunan tekanan darah.

Berdasarkan urain singkat singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa puasa menyebabkan kondisi kesehatan menjadi lebih baik karena adanya  tahapan-tahapan perbaikan fisiologis tubuh lebih fleksibel secara metabolik, selama keadaan makan (kenyang), sumber energi utama adalah glukosa, sedangkan selama keadaan ;puasa, tubuh Anda menggunakan lemak sebagai bahan bakar (sebagai sumber energi).

Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar, tapi juga tentang mengelola emosi dan isi hati.  Semoga Ramadan ini jadi pintu bagi kita untuk memperbaiki diri dan menambah ketakwaan, kemudian meningkatkan kesehatan. Selamat berpuasa!

Disadur dari berbagai sumber.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun