Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Riwayat Singkat Tembok Besar Tiongkok

14 Agustus 2017   08:57 Diperbarui: 10 November 2017   19:00 6539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tembok Batu Ston di Kroasia. Abad 15 AD. (Anthony Hocktong Tjio)

Maharaja Pertama Qin SHD dalam waktu sesingkat 10 tahun berhasil menggarap negaranya yang berpusatkan didekat Xi'an untuk persatukan bahasa, aksara, mata uang, dan segala ukuran-ukuran dari bekas-bekas negeri adipati tadi. Membangun jalan raya kesegala jurusan negaranya untuk keperluan niaga dan kepentingan militer, dan demi mempersatukan Tionghoa, dia pun membongkar dinding batas wilayah adipati yang tadinya simpang siur. Selain itu dia masih terus memperluas wilayahnya ke timur dan selatan. Hanya saja dia sekarang menemui tantangannya disebelah utara.

Di Utara ada suku bangsa pengembara Xiong-nu (Hun) yang sedang mengganas, mereka yang dikemudian harinya menjadi bangsa-bangsa Siberia, Cathay, Hakka dan Mongolia, sering menyerang Tionghoa diperbatasan utara bilamana mereka mengalami kekurangan persediaan makanan untuk musim dinginnya, bagaikan bandit yang sehabis menyerbu dan merampok terus kembali ke sarangnya lagi.

Sehingga Qin SHD pun tidak berdaya menangkis serangan gerilya mereka yang berulang-ulang, kecuali membendungnya. Maka dari sisa tembok tanah peninggalan negeri adipati seperti Yan, Zhao, Wei dan Qin sendiri disepanjang perbatasan dengan Xiong-nu, semuanya dipertahankan dan diperkuatkan untuk dijadikan tebeng wilayah yang disebelah utara.

Inilah yang disebut Tembok Panjang Qin dalam sejarah, semata-mata penyambungan dan penambalan tembok benteng dari tanah campur racikan merang yang sudah ada sebelumnya, sehingga tidak sesungguhnya panjang karena berlika-liku dan terputus-putus dari bekas wilayah Qin semula di Lintao Gansu sampai ujungnya dibekas wilayah Yan di Semenanjung Liaodong di Laut Bohai. Panjang sesungguhnya tidak pernah diukur tetapi sudah diperluapkan "wan li chang cheng" yang berarti sepanjang puluhan ribu mil.

Tembok panjang buatan Qin SHD tersebut mempergerakkan sekitar 300ribu tenaga tawanan perang, tahanan kriminal kejahatan maupun politik, lelaki yang menampung hidup di mertuanya, dan para pedagang.

Mengapa pedagang juga tersangkut? Ini disebabkan oleh ajaran Konghucu yang menciptakan 4 kasta masyarakat Tionghoa, dimana menganggap pedagang adalah orang yang paling curang dan statusnya harus paling rendah didalam masyarakat. Qin SHD sendiri benci pada ayah tirinya yang namanya Lv Bu-wei, dia merupakan konglomerat yang begitu kaya diwaktu itu, sehingga dijadikan dewa rejeki (cai seng ya) Tionghoa sampai sekarang. Ayah tiri tersebut bersama dengan ibunya sendiri, dua-duanya dipaksa bunuh diri oleh Qin Shi-huang-di.


Kaisaryah Qin hanya bertahan 15 tahun lalu digantikan Han. Sekarang terjadi pembangunan Chang Cheng phase ke-2 yang lebih panjang, yang menerus ke barat sampai di Turkistan Timur, sekarang Xinjiang. Sekali lagi tembok tersebut masih terbuat dari tanah dan racikan merang.

Dinasti Han ini mula-mulanya sangat perkasa, melebihi Qin dalam mengatasi masalah Hun dan berhasil menggusur bandit-bandit itu ke Barat sampai di Eropah Timur, sehingga Tionghoa dalam sejarah mendapatkan kehidupan yang tenang dan makmur untuk pertama kalinya. Sebegitu bangganya Tionghoa pada masa kejayaan ini, sehingga menyebutkan dirinya juga bangsa Han yang menjadi kebiasaan sampai hari ini.

Setelahnya Han, Tembok Panjang ini kehilangan fungsi pertahanannya selama seribu tahunan, karena diwaktu dinasti-dinasti berikutnya, Jin, Tang dan Song, Tionghoa sudah terbuka untuk perniagaan, pertukaran budaya dan peleburan dengan suku bangsa disekitarnya, sehingga hampir tiada serangan dari utara Tembok Panjang lagi. Kedamaian ini berlangsung sampai masa akhirnya Song karena ada munculnya Genghis Khan di Mongolia yang hendak mencakup Tiongkok.

Sisa dinding tembok besar peninggalan Dinasti Han di Sha-hu-gou, Shanxi. (Anthony Hocktong Tjio)
Sisa dinding tembok besar peninggalan Dinasti Han di Sha-hu-gou, Shanxi. (Anthony Hocktong Tjio)
Sisa dinding tembok besar peninggalan Dinasti Han di Sha-hu-gou, Shanxi.

Teknologis pembangunan tembok diwaktu Qin sampai Han diabad 3 BC, boleh dikatakan masih primitip kalau dibandingkan dengan tata pembangunan benteng-benteng dijaman Song setelah abad 10 AD, karena tembok-tembok Qin itu hanya merupakan tumpukan tanah dari campuran merang yang ditumbuk rapat supaya padat dan kukuh, yang tahan serangan panah dan tembakan peluru batu dijaman senjata dingin itu, namun lama kelamaan bangunan tanah itu selain sudah terkikis oleh cuaya, juga terjadi kerusakan mutlak dari peperangan dengan Tartar Mongol Genghis Khan, yang untuk pertama kalinya mempersenjatakan meriam diabad 12-13 AD. Dengan seketika tembok tanah tadi dihancur-leburkan.

Dari situlah mengapa Marco Polo tidak pernah menyebutkan Great Wall dalam cerita petualangannya di Khitai, cara Mongol Tartar menyebut Tionghoa, Cathay, sehingga banyak penulis kritiknya, seperti Francis Wood, yang menyangsikan kebenaran cerita Marco Polo kalau pernah datang di Tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun