Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Parlemen Digital

10 Agustus 2021   16:31 Diperbarui: 10 Agustus 2021   16:48 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya sehelai desain kemudian menyebar begitu rupa. Jagad dunia maya trending, populer dari ruang ruang digital, hingga masuk ke kampus bahkan tembus hingga ke istana. 

Pada saat BEM UI memposting melalui Twitternya, postingan dan tema itu hanya milik BEM UI tetapi setelah mendapat olahan yang apik dari para nitizen dan media maka berubahlah label itu milik publik hingga akhirnya menciptakan tagar dan Trending Topic. 

Meme atau tagar ini  ini kemudian tembus masuk istana sebab pada sore hari, Presiden Jokowi lalu memberikan tanggapan melalui  Konfrensi Pers khusus. Tetapi apakah selesai sampai di situ? Tidak ! Sebab ngaruh hingga ke jabatan rektor sebagai komisaris BUMN. 

Dalam hal ini, dua rektor yang mendapat getah dari hajatan BEM UI yakni rektor UI dan Rektor UNHAS sebab keduanya sebagai komisaris BUMN. 

Meski pada akhirnya Rektor UI mengundurkan diri sebagai Wakil Komisaris BRI. Hal yang tak lazim bagi UI sebab sejak zaman Sukarno, rektornya kerap kali menjabat sebagai komisaris bahkan rangkap jabatan sebagai menteri.

Kedahsyatan media sosial sebagai kekuatan demokrasi saat ini, itulah kemudian kelak akan dikenal istilah "The Power of Medsos". 

Kejadian off air akan dipindahkan oleh warga melalui media sosialnya. Pada bagian lain, kehadiran media sosial yang sempat menjadi kekhawatiran pemilik media mainstreem akhirnya sejalan dan seiring. 

Pola telah terbentuk dan pula telah menjadi kekuatan tersendiri. Sehingga semakin menguatkan premis saya sebagai penulis bahwa kekuatan dahsyat saat  ini untuk melakukan perlawanan dan berjuang menggunakan instrumen  media sosial adalah jawaban atas apa yang tengah dihadapi saat ini. 

Saya ingin memberikan fakta kehadiran media sosial dapat dijadikan sebagai parlemen digital di mana massa nya adalah Nitizen. 

Seperti pada dekade Orde Lama  dan Orde Baru , mahasiswa atau massa menciptakan parlemen jalanan untuk melakukan perlawanan dalam bentuk kritik, diskusi, aksi unjuk rasa terhadap setiap kebijakan penguasa kala itu. 

Mereka hadir pada setiap moment, pada setiap masa dan isu. Hingga parlemen jalanan itu membuahkan hasil dan mencatatkan sendiri sejarahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun