Mohon tunggu...
Annisa Zahwa
Annisa Zahwa Mohon Tunggu... Mahasiswa

“Life just once, enjoy and live”

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Self Love ala K-Pop: Belajar Mencintai Diri Sendiri Ala Gen Z Lewat Lirik Lagu Dan Cinta Dari Idol

1 Juli 2025   11:20 Diperbarui: 1 Juli 2025   11:20 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: konser BTS (sumber: https://pin.it/7gyOZyqFK)

Meskipun tak pernah bertatap muka secara langsung, ungkapan singkat saat siaran langsung, fan letter yang dibacakan, atau ucapan "terima kasih" sederhana dari sang idol seringkali cukup untuk menghangatkan hati. Bagi Sebagian gen Z, hubungan ini menjadi sumber semangat sebuah bentuk kasih sayang yang meski tak terbalas, tetap terasa tulus.

Aku ga pernah ketemu langsung sama biasku. Tapi, dengan melihat mereka tampil dari layar TV dan cara mereka menyapa para fans melalui layar TV, selalu bisa membuatku yakin bahwa suatu hari nanti aku bisa bersinar seperti mereka dan bisa memberikan kehangatan antar sesama lewat cara dan tingkah laku diriku sendiri.

Meskipun tidak lepas dari kritik, dampak positif K-Pop pada kesehatan mental dan ekspresi diri remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa K-Pop bukan hanya sekedar musik, tetapi gaya hidup dan identitas bagi generasi muda.

Tentu saja, budaya K-Pop bukan tanpa kritik. Beberapa pihak menganggapnya sebagai bentuk fanatisme yang berlebihan atau konsumsi hiburan yang terlalu intens. Namun, sisi positif dari K-Pop, terutama dalam kaitannya dengan kesehatan mental dan ekspresi diri para remaja, tidak bisa diabaikan begitu saja. Banyak remaja yang merasa lebih percaya diri, termotivasi, bahkan merasa "dimengerti" melalui lirik lagu yang menyentuh, pesan dari idol yang membesarkan hati, dan komunitas penggemar yang saling mendukung satu sama lain.

Lebih dari sekadar genre musik, K-Pop kini telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup dan identitas banyak anak muda di seluruh dunia. Ia menjadi wadah untuk mengekspresikan diri, menjalin koneksi sosial, hingga membentuk nilai-nilai seperti kerja keras, keberanian bermimpi, dan pentingnya merawat kesehatan mental. 

3. Pola Pikir Penggemar Terhadap Para Idola

Sebagai fans, suatu hal yang sangat wajar kalau menyukai idola dengan porsi tinggi, membela idolanya dari para pembenci (haters). Saat mengidolakan seseorang, kebanyakan fans pasti menginginkan yang terbaik bagi orang yang mereka gemari. Untuk menjadi penggemar kita harus tetap menggunakan pola pikir yang sehat. Seperti mengingat bahwa apa pun yang kita lakukan dan bicarakan jangan sampai menganggu privasi orang yang kita gemari.

Terkadang juga ada sesama fans yang berselisih, itu terjadi karena mereka pikir opini mereka benar dan lebih baik dari orang lain. Maka, sebagai penggemar kita juga perlu belajar toleransi dan berdamai dengan opini yang berbeda dari orang lain. Terlepas dari hal-hal kurang menyenangkan tersebut banyak hal baik yang bisa kita dapatkan.

Oleh karena itu, menjadi seorang penggemar tidak hanya soal mendukung sang idola, tetapi juga soal membangun sikap dewasa dalam bersikap dan berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan sesama fans. Saling menghargai opini yang berbeda, tidak mudah tersulut emosi, dan mampu menjaga kedamaian di dalam komunitas fandom adalah bagian penting dari menjadi penggemar yang bijak.

Meski ada tantangan dan dinamika yang tidak selalu menyenangkan dalam dunia penggemar, tak bisa dipungkiri bahwa banyak pula manfaat positif yang bisa diperoleh. Mengidolakan seseorang bisa memberikan semangat hidup, inspirasi untuk berkembang, hingga rasa kebersamaan dengan komunitas yang memiliki minat yang sama. Para idola sering menjadi sumber motivasi yang mendorong penggemar untuk berkarya, lebih percaya diri, atau bahkan menjalani hidup dengan lebih optimis.

Dengan demikian, menjadi penggemar bukan hanya soal rasa suka atau dukungan semata, melainkan juga kesempatan untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih sadar diri, berempati, dan toleran. Mengidolakan seseorang seharusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan dan memperkaya, bukan malah membawa konflik atau perilaku yang tidak sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun