Mohon tunggu...
Annisa Tang
Annisa Tang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - www.bombonasam.club

Single Mom of 2 (Mom AFE). www.bombonasam.club / www.annisatang.com Blogger, Penulis, Mom, Social Media Life. Mami Keceh yang bawel, ceriwis, tajam setajam silet, namun hanya di atas kertas. Aslinya pendiam, hati saja yang masih suka berbicara menyuarakan keluh saat lidah sedang kelu. Walau sudah sendiri sejak 2019 silam, tapi bukan berarti menyendiri, karena asa berakhir ketika kontrak di dunia pun telah usai.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Anak-anak adalah Cerminan Diri Kita Masing-masing

17 Oktober 2021   06:03 Diperbarui: 17 Oktober 2021   06:13 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusiawi jika pada saat mereka dipukul dan diancam, sebagai orang yang tak berdaya, maka mereka akan mengalah pada saat itu, karena takut, tetapi bukan untuk patuh, dimana beberapa saat kemudian mereka akan melakukan hal yang sama lagi.

Sepertinya sebagian dari kita pun setuju akan itu, mengingat beberapa meme yang sempat beredar menyatakan hal yang sama pada caption-nya, seperti "Hari ini dihajar pakai benda-benda ini, besoknya minta lagi."

Hari ini dihajar, besok berbuat lagi dan dihajar lagi. (dokumen pribadi)
Hari ini dihajar, besok berbuat lagi dan dihajar lagi. (dokumen pribadi)

Ketegasan adalah konsisten pada segala peraturan yang telah dibuat di rumah, tidak dapat dibantah dan diubah, memegang prinsip akan itu dengan baik di hadapan anak-anak, bukan dengan cara membentak dan meneriaki mereka, apalagi menyentuh tubuh mereka dengan benda-benda yang bertujuan menyakiti.

Selentingan dari beberapa warganet kembali bergema, "Ah, buktinya anak jaman dulu lebih jarang tuh terdengar kasus hamil di luar nikah, bullying, dan sebagainya. Anak-anak jaman dulu jadi lebih baik karena dididik dengan rotan!"

Betulkah demikian? Tahu dari mana? Mengingat jaman dahulu belum ada internet dan media sosial yang kini mudah menginformasikan hal apapun yang terjadi di belahan dunia manapun.  Jangankan tindakan asusila yang sangat mudah untuk diviralkan, bahkan sepenggal ucapan seseorang saja bisa viral di masa sekarang ini.

Jadi tidak bisa menyamaratakan orang yang satu dan orang yang lainnya, apalagi hanya berpatokan pada diri sendiri, keluarga sendiri atau para tetangga sekitar yang dirasa  baik-baik saja walau semasa kecilnya dulu sering mendapat kekerasan. Karena Indonesia saja memiliki penduduk berjumlah 200 juta jiwa lebih.

Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda dan tingkat pertahanan diri baik fisik maupun mental yang berbeda-beda pula. Jadi ketika diri sendiri merasa baik-baik saja, apakah ratusan juta orang lainnya juga merasakan hal yang sama?

Anak-anak korban kekerasan dalam rumah tangga oleh orang tua mereka sendiri, biasanya akan terlibat dalam tindakan bullying di sekolah, baik menjadi korban ataupun menjadi pelaku. Walaupun ada juga yang tidak dan menjalani hidup dengan baik-baik saja.

Hal itu memang perlu ditelaah lebih jauh sebagai bagian dari kerja logika.

Mereka yang menjadi korban biasanya memiliki rasa rendah diri yang over dosis dan perasaan bahwa mereka pantas-pantas saja menerima perlakuan tak menyenangkan semacam itu. Sehingga walaupun fisik dan batin tersiksa, mereka tak berani untuk melakukan perlawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun